Dari Buku Raja Bambang Sutikno
Riaumag.com , Jakarta
Untuk menciptakan dan menerapkan lingkungan Knowledge Management, perusahaan harus mempertimbangkan perubahan budaya, sosial dan struktur organisasi serta dukungan teknologi. Kemudian harus ditambahkan sistem dan aplikasi pada IT infrastructure untuk kepentingan integarsi dan penyebaran knowledge.
Suatu hal lagi yang sangat penting adalah bagaimana mengelola intellectual capital, yaitu kumpulan knowledge dari sumber daya manusia dalam organisasi. Knowledge yang ada pada policy manuals, case histories, training materials, and employees’ heads adalah asset paling bernilai bagi perusahaan. Besar kemungkinan perusahaan akan kehilangan knowledge dimaksud jika karyawan berhenti, atau data hilang. Lain halnya jika perusahaan memang bermaksud merubah core business/core knowledge.
Beruntung sekarang kita mudah mendapatkan system big data sehingga proses menuju Knowledge Management dan Knowledge Workers menjadi lebih cepat dan kuat. Para professional dari kalangan milenial dapat diandalkan untuk mewujudkan KM dan KW. Peran manajemen perusahaan tidak berkurang. Leaders dalam manajemen haruslah team leader yang visioner. Bukan sebaliknya, leader yang otoriter, one man show atau wawasan yang sempit.
Kemajuan KM dan KW juga sangat terkait dengan The Laws of the Lid (Hukum Katup) yang diviralkan oleh John C. Maxwell dengan bukuya The Laws of the Leadership. Tim tidak berkembang jika dibatasi oleh katup kepemimpinan leader yang membatasinya. Semakin tinggi kepemimpinannya semakin tinggi katupnya sehingga potensi bawahannya semakin terbuka. Jangan sampai potensi anggota tim terkurung, terkungkung atau terbatas dalam kotak atau botol yang tertutup, dibatasi oleh penutup alias katup si leader.
Untuk menciptakan KM dan KW seluas dan setinggi mungkin dalam suatu perusahaan/organisasi, katup direkturnya itu harus tinggi dan terbuka agar potensi anak buah bekembang. Jika Perusahaan/BUMN/BUMD dan Organisasi Sosial kurang maju, anggota tim kurang berkembang, itu berarti katup leader sempit dan rendah.
Di ujung itu semua, tendensi berbagi knowledge akan memberi kebaikan bagi para karyawan, perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan. Kuncinya adalah TRUST, dimana kita harus belajar memahami seni berbagi knowledge. Di atas itu semua, setiap orang harus menyadari bahwa ilmunya yang diberikannya dan bermanfaat pula bagi orang banyak adalah amalnya yang tak kan pernah putus sejak di dunia sampai di akhirat.
Sesungguhnya Knowledge itu sendiri bukanlah teknologi melainkan suatu aktifitas yang ditumbuhkan oleh teknologi dan informasi yang dihasilkan oleh manusia. Komitmen awal yang kuat dari perusahaan mutlak diperlukan untuk merubah budaya korporasi dan struktur organisasi menjadi manajemen berpengetahuan (KM) serta menempatkan pekerja-pekerja berpengetahuan (KW).
Knowledege management bukanlah suatu mukjizat, bukan pula boneka ajaib. Knowledege management harus diperjuangkan dengan segala daya upaya dan dengan komitmen bersama agar terwujud sebagaimana diharapkan. Mengawali segalanya, niat yang tulus adalah kunci utama kesuksesan knowledege management. Niat yang tidak didasari oleh kerukukan kepada Yang Mahamengetahui adalah penyebab utama keraguan, kepelitan dan kemunduran proses share knowledge dalam organisasi apapun dan dimanapun.
( Bersambung )
(rbs/riaumag.com)