Riaumag.com , Mataram–-Ketua ASITA NTB Dewantoro Umbu Jok mengkritik kebijakan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang akan mengarahkan tamu MotoGP di Sirkuit Mandalika menginap ke Bali. Alasan Kemenparekraf, karena hotel-hotel yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan beberapa kawasan terdekat dari sirkuit sudah full booking.
Menurut Dewantoro Umbu Joka, sebelum pihak Kemenparekraf memberikan statemen terkait kondisi ini, harus dilakukan pengecekan mengenai kondisi sebenarnya di lapangan. ‘’Apakah benar, semua kamar hotel yang ada di Pulau Lombok sudah penuh atau ada faktor lain. Tapi kalau hotel di Lombok sudah penuh, kita tidak bisa ngomong apa,’’ ujarnya pada Ahad (09/01/2022)
Diakuinya, pada bulan Maret nanti hotel-hotel dan juga transportasi ke Lombok mahal, sehingga orang memilih menginap di luar daerah dibandingkan di Lombok. Dicontohkan, jika menonton MotoGP dengan asumsi menginap di hotel berbintang 4, biayanya Rp8 juta sampai Rp10 juta. Tapi kalau dia menginap lewat Bali, bisa dengan dana Rp5 juta.
‘’Itu makanya, kami harapkan pada pihak Kementerian , apakah benar hotel di Lombok saat MotoGP nanti full benaran atau ada penyebab lainnya. Jangan hanya info booking saja penuh, tapi kondisi di lapangan tidak seperti itu,’’ ujarnya.
Meski demikian, tambahnya, untuk menginap, penonton MotoGP boleh di mana saja, tanpa ada paksaan. Namun, mahalnya harga kamar hotel di Pulau Lombok sudah sesuai dengan permintaan. Bahkan, hal ini terungkap dalam rapat bersama pelaku pariwisata yang digelar Dinas Pariwisata NTB beberapa waktu lalu
Pada bagian lain, penyebab mahalnya harga kamar hotel ini diduga ada orang yang memiliki dana besar, memesan kamar hotel dalam jumlah besar. Setelah mendapatkan kamar dengan harga murah, oknum ini menjual pada pihak ketiga dengan harga mahal. ‘’Ini bukan cerita baru, sudah menjadi pembicaraan . Orang Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi juga sudah tahu,’’ ungkapnya.
Terkait kondisi ini, ujarnya, calon penonton di luar daerah yang mengetahui harga kamar hotel di Bali murah, mereka lebih cenderung memilih Bali, sehingga berpengaruh terhadap kondisi hotel yang ada di NTB.
Di sisi lain, pihaknya khawatir, setelah pihak Kemenparekraf berbicara seperti itu, orang yang sebelumnya ingin terbang langsung ke Lombok, justru memutuskan langsung terbang ke Bali, karena biaya akomodasi lebih murah daripada harus terbang langsung ke Lombok.
Meski demikian, bagi anggota ASITA NTB hal ini tidak jadi masalah, karena akan sama-sama memberikan keuntungan secara bisnis. Namun, pihaknya memikirkan bagaimana kepentingan pelaku usaha di NTB secara umum. Pihaknya tidak ingin hanya satu kalangan yang menikmati keuntungan, tapi ada pihak lain yang merasa kesusahan. Ini yang tidak diinginkan pihaknya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata NTB H. Yusron Hadi, S.T., M.U.M., menegaskan, Pemprov NTB tengah berupaya memaksimalkan pemanfaatan potensi penginapan yang ada di NTB, seperti hotel, homestay, tempat berkemah (area camping ground). Tidak hanya itu, pihaknya juga berupaya menjajaki keberadaan rumah-rumah penduduk untuk disewakan, termasuk penempatan hotel terapung baik kapal cepat maupun kapal-kapal pinisi. ‘’Harapan kita bisa memaksimalkan dulu potensi yang ada, baru ada alternatif lain untuk di luar NTB,’’ ungkapnya,
Menurutnya, dengan memberi kesempatan lebih banyak tiket yang dialokasikan untuk penonton lokal NTB akan dapat mengurangi beban kebutuhan penginapan penonton kita dari luar daerah. Alasannya, jika ada penonton dari Pulau Sumbawa pasti umumnya akan menginap di tempat keluarganya yang ada di Lombok.
Sebelumnya, mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB ini menyebut, pemerintah daerah akan menggumpulkan para pelaku pariwisata. Menurutnya, banyak hal yang harus didiskusikan oleh jajaran pemerintah daerah dan pelaku pariwisata terkait apa fasilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi MotoGP, khususnya kesiapan menampung penonton yang tidak bisa menginap di hotel, terutama di homestay. Selain itu, masalah kesediaan transportasi umum atau khusus ke homestay menuju sirkuit MotoGP akan membuat bisnis transportasi di tempat itu akan hidup.
Untuk menampung penonton yang tidak bisa tertampung di hotel, ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah. Jika Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Bobobox dan ITDC menyiapkan 200 cabin dan tenda yang masing-masing berisi 2 orang, pemerintah daerah juga terus menyiapkan homestay yang ada di sekitar KEK Mandalika.
Bahkan, agar homestay ini bisa terisi, pihaknya sudah menjajaki kerjasama dengan Traveloka maupun Booking.com. Bahkan, ke depan pihaknya juga akan menjajaki kerjasama dengan Reddoorz dan provider penginapan lain supaya turut mempromosikan pemasaran homestay. Termasuk memperbarui standarisasi dari homestay, sehingga layak dijual. ‘’Kita juga memfasilitasi supaya homestay kita juga dikunjungi oleh tamu. Tidak hanya hotel berbintang yang sudah dibooking, tapi homestay juga banyak dibooking,’’ akunya