Riaumag.com , Jambi
Jika engkau berdiskusi dengan seseorang, dan dia berkata ” kebanyakan orang melakukan ini kok ! “.
maka, katakanlah kepada dia :
Jika engkau mencari di dalam Al qur’an kalimat ” Kebanyakan Manusia “, pastilah engkau akan mendapati ( kalimat ) setelahnya :
(mereka) tidak mengerti – (mereka) tidak bersyukur – (mereka) tidak beriman. !
Dan jika engkau mencari ( dalam Al qur’an ) kalimat ” Kebanyakan Mereka “, pastilah engkau akan mendapati ( kalimat ) setelahnya :
Orang orang Fasiq – (mereka) tidak mengetahui – Orang orang yang berpaling – (mereka) orang orang yang tidak berfikir – (mereka) orang orang yang tidak mendengar. !!!
Maka jadilah engkau (sebagai) ” yang sedikit “, Yang mana Allah ta’ala berfirman (tentang mereka yang sedikit ) :
{ ” Dan sedikit dari hamba – hambaku yang bersyukur. ” }
{ ” Dan tidak ada yang beriman kepadanya (Rasul) kecuali Sedikit. ” }
Maka, BANYAKnya ( yang melakukan ) tidak selamanya menjadi tolak ukur untuk (sebuah) Kebenaran.
Sssttt, Jangan lihat kanan kiri depan belakang atas bawah, hayya bina !!!
Segera buka Al Qur’an, buka surat Al An’am ayat 116 :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
Dalam ayat lainnya disebutkan bahwa yang tidak tahu malah kebanyakan orang.
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 187)
Malah kebanyakan orang adalah fasik.
وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.” (QS. Al A’raf: 102)
Sejatinya yang berpegang teguh pada kebenaran hanyalah sedikit.
وَمَا آَمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. ” (QS. Hud: 40).
Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab bahwa pengikut para Nabi itu sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
“Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.”
(HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220).
Ada Nabi yang pengikutnya banyak, ada nabi yang pengikutnya sedikit. Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya jumlah pengikut yang banyak menunjukkan atas kebenaran.
Yang jadi patokan kebenaran bukanlah jumlah, namun diilihat dari pedoman mengikuti Al Qur’an dan hadits, siapa pun dia dan di mana pun dia berada.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa orang yang berpegang pada kebenaran itu terasing.
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing”
(HR. Muslim no. 145, dari Abu Hurairah).
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang siapakah orang-orang asing tersebut,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَوْمٌ صَالِحُونَ قَلِيلٌ فِي نَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ
Mereka adalah orang-orang shalih yang jumlahnya sedikit di antara orang-orang buruk yang jumlahnya banyak. Orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada orang yang menuruti mereka.
(HR. ‘Abdullah bin al-Mubârak dalam Musnad Ibni al-Mubârak, no. 23 dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabîr no. 1457.
Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini shahih di dalam ash-Shahîhah, no. 1619)
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar..
Ya Ikhwafillah !!!
Jadi kla saat ini porsi perbankan syariah masih kecil itu bukan bank syariah bermasalah namun banyak kita yg masih tersesat dalam prasangkanya karena selama ini selalu melihat kebenaran atas porsi yg banyak atau pengikut yg banyak, Na’am
Patokan kebenaran bukanlah dilihat dari banyaknya Nasabahnya.
Patokannya adalah tetap melihat apakah bersesuaian dengan kebenaran ( Syariat Islam )
Kalau memang standar banyak yang dijadi patokan kebenaran, itu baik.
Namun mayoritas yang banyak itu merujuk pada kebatilan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya-.” (QS. Yusuf: 103).
Ya Ikhwafillah !!!
Perbankan Syariah sudah ada 29 tahun yg lalu namun porsi masih sekitar 5-6% saja…
Walaupun sudah ada
- Fatwa DSN MUI menyatakan Ada Usaha Yg Bertentangan dengan Prinsip Syariah Islam yakni :
“ Usaha Lembaga Keuangan Konvensional ( Ribawi ) termasuk Perbankan dan Asuransi Konvensional “ - Fatwa MUI No.1 Tahun 2004 tentang Bunga
- UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
- PMK No.11 Tahun 2016 Tentang Penyaluran Gaji pada PNS/TNI/ POLRI
- Surat Menteri BUMN RI kepada Direksi BUMN No.S-110/MBU/S/04/2021 tentang Optimalisasi Payroll Karyawan BUMN melalui Bank Syariah
Makanya kita tetep harus SABAR ( Syariah Allah Berdampak Allah Ridho ) karena keinginan kita bahwa kaum muslimin semua menggunakan Perbankan Syariah agar terlepas daripada Riba, Na’am
Penulis berharap dengan sangat agar :
Praktisi Perbankan Syariah atau para Mujahid, para Ulama, para Ustad untuk :
Terus lah menyampaikan
Terus lah mengingatkan
Terus lah mengajak
Terus lah mendakwahkan
Bahwa :
Usaha Perbankan Konvensional itu RIBAWI,
RIBA itu adalah Haram ( QS.Al Baqarah 275 )
Maka segera bagi yg takut azab Allah ucapkan dan amalkan dengan perbuatan :
“Selamat Tinggal Bank Konvensional”
Selanjutnya terus istiqomah untuk tetep sabar dan keyakinan penuh bahwa Allah akan membantu orang yg membantu agama Allah dan terus mengajak :
“Ayo Ke Bank Syariah”
Semoga sisa umur kita ini dapat melakukan kebaikan dan terus mendakwahkan kebaikan dan kebenaran bahwa Riba itu adalah menghancurkan nikmat dunia dan akhirat dan azabnya jelas akan diterima didunia dan diakhirat makanya harus segera kita hentikan saat kita tahu Riba itu Haram, dan harapannya adalah :
“إن شاء الله”
“Hidup Berkah Tanpa Riba”
maka bersegeralah untuk :
Hijrah dari Bank RIBAWI menuju Bank SYARIAH
dan yg berbeda pandang jangan bermusuhan karena Hidayah itu datangnya dari Allah teruslah menyebarkan kebaikan dan cukup menyampaikan bahwa :
- Orang Baik punya Masa Lalu
- Orang Jahat punya Masa Depan
jangan cepat menghakimi orang yg berbeda dengan kita karena kita bukan HAKIM yg ADIL, Na’am
Dan penulis terus mendoakan dan mengharapkan bahwa yg membaca tulisan ini adalah orang orang yg terbaik pilihan Allah dan dapat segera lepas dari maksiat kepada Allah ini dimana pun mereka berada dan segera kembali ke jalan Allah dan semoga ini menjadi wasilah kita dipertemukan Allah di Jannah, aamiin
Akhirnya tetep istiqomah dalam setiap kesempatan untuk menyampaikan, mengingatkan, mengajak dan mendakwahkan :
Dari :
”TIM AMDK AL JAMBI ”