Alhamdulillah Hamas-Israel akan melakukan gencatan senjata mulai hari Jumat ini (pasca 11 hari berperang). Menyisakan kondisi memilukan dengan jatuhnya begitu banyak korban dan hancurnya beragam fasilitas kehidupan.
Perang memang saling mengalahkan, bahkan seringkali harus saling menghancurkan.
Pada kondisi begitu, alasan berperang dan moral pihak yang berperang akan ditunjukkan pada proses perang yang dilakukan.
Bahkan, cara berperang bisa menunjukkan salah satu aspek ketinggian peradaban yang bersangkutan.
Jika terpaksa harus terjadi perang, dalam Islam terdapat adab-adab perang, antara lain :
“Tidak membunuh orang tua, wanita, atau anak kecil, serta tidak melakukan mutilasi. Kalaupun harus membunuh maka lakukanlah tanpa menyiksa tapi dengan cara yang tercepat untuk menghabisi nyawa seseorang.
Tidak juga menebang pohon, meruntuhkan bangunan atau membumihanguskan daerah”.
Ajaran tersebut menunjukkan moral tinggi yang dikehendaki Islam. Karena perang adalah keterpaksaan, hanya sampai tak hadirnya fitnah terhadap kebenaran. Dan tentu, perdamaian lebih diutamakan.
“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim”.
(QS. Al Baqarah : 193)
Refleksi penting:
Jika saat perang saja diajarkan meninggikan moral dan adab, apalagi saat damai?
Inilah refleksi agar kita terus memperbaiki sikap dan perilaku dengan ketinggian akhlaq dan sebaik-baik Adab kehidupan.
**
Semoga perang 11 hari lalu menjadi pelajaran bagi kita semua.
Bahwa walaupun perbedaan bahkan perselisihan adalah sunnatullah kehidupan, namun Islam mengajarkan untuk tetap meninggikan adab mulia dalam setiap keadaan (termasuk saat berperang).
InsyAllah dengan akhlaq tinggi, kita akan menemukan damai di bumi hingga keselamatan akhirat nanti.
“Islam ya’lu wala yu’la alaih…”
–@am.nasrulloh–
(for-riaumag.com)