Riaumag.com , Bandung
Ibnu Mas’ud berpesan dengan indah :
“Semua orang di dunia ini adalah ‘tamu’. Sedangkan harta seluruhnya adalah ‘titipan’. Semua tamu pasti pergi sedangkan barang titipan itu harus dikembalikan kepada pemilik.”
Ya kita adalah tamu, tidak akan menetap lama. Hanya singgah untuk kemudian kembali ke rumah. Semua sementara, termasuk seluruh titipan yang akan dikembalikan segera.
- Saat bertamu, fase pentingnya adalah saat datang dan saat kembali pulang. Jika datang dengan niat singgah, maka akan meringankan saat harus kembali pulang. Karena jika lupa bahwa hanya sedang bertamu, maka kita akan berat jika harus kembali pulang.
- Saat menyadari semua titipan, maka fase pentingnya ada pada waktu menitipkan dan saat mengembalikan.
Fase menitipkan kuncinya adalah kesempatan dan kepercayaan. Kesempatan mendapat titipan dan kepercayaan untuk terus mendapatkan titipan. Kesempatan diberikan bisa untuk mendapatkan kepercayaan, atau kepercayaan yang bisa melahirkan kesempatan. Semua, adalah hak penuh pihak pemberi titipan.
Fase mengembalikan menjadi fase lebih penting. Karena inilah saat menguji ingatan bahwa semua hanyalah titipan seperti awal diberi kesempatan. Kemudahan mengembalikan akan berhubungan dengan cara pandang ini. Jika lupa bahwa semua titipan, bisa jadi malah titipan itu akan diakui sebagai kepemilikan. Sehingga, akan berat untuk mengembalikan.
Maka,
Bisa jadi beruntung, saat kita masih diberi kesempatan bertamu sebelum benar-benar pulang.
Bisa jadi beruntung karena kita hanya mendapatkan titipan. Inilah saat kita menguji kepercayaan yang diberikan.
Sangat beruntung karena semua titipan. Karena seharusnya kita tidak akan merasa tertekan saat kehilangan. Karena rasa memiliki-lah yang menyebabkan hadirnya rasa kehilangan.
Serta mari kita ingat,
Keberuntungan yang paling besar adalah karena kita memiliki Rabb yang masih berkenan menitipkan dan masih memberi kesempatan bertamu, sebelum kita harus pulang dan mengembalikan semua titipan.
–@am.nasrulloh–