Dari Buku Raja Bambang Sutikno
Riaumag.com , Jakarta
Seorang penulis bernama Richard Maurice Bucke, tahun 1901 mengatakan dalam bukunya ’COSMIC CONSCIOUSNESS” bahwa tingkat kesadaran manusia ada tiga:
Kesadaran Sederhana: Pemahaman dasar atau kesadaran yang sangat rendah tentang arti kehidupan dan keberadaan manusia di alam raya. Kesadaran itu seperti yang dimiliki oleh hewan-hewan mengenai tubuh mereka dan lingkungan sekitar mereka. Kesadaran dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu mencari makan saja, sekedar untuk bertahan hidup serta berketurunan melalui hubungan sex.
Kesadaran hewani hanya berusaha aman dan selamat dari predator dengan kiat sebatas kecerdasan yang sangat minimal dan relatif tidak berkembang turun temurun. Hewan tenggelam dalam kesadarannya seperti seekor ikan di dalam laut; ia tidak bisa bahkan sekalipun dalam imajinasi untuk keluar dari kesadaran itu, walau satu detik agar bisa menyadari keterbatasannya.
Kesadaran Diri: Tingkat pemahaman atau kesadaran yang lebih tinggi dari pada tingkat kesadaran hewani. Inilah tingkat kesadaran manusia biasa, masyarakat awam, seperti kesadaran mengolah makanan dengan penemuan teknologi yang dikembangkan dan terus berkembang. Kesadaran mencari/membuat alat pelindung keamanan serta keselamatan pada tingkat yang luar biasa bahkan ada yang sampai menghancurkan diri sendiri, umat manusia dan lingkungan. Kesadaran untuk berkuasa bahkan ada yang sampai sudah duduk lupa berdiri, menjadi otoriter atau diktator.
Kesadaran diri dalam mencari beragam kenikmatan yang tak pernah berujung. Kecerdasan untuk mengikuti sekolah sampai S1, S2, dan S3. Kemudian menciptakan vitamin dan obat-obatan guna melawan berbagai jenis penyakit. Juga kesadaran menciptakan instrumen sastra dan seni guna pelepas dahaga musisi, artis film, penyanyi, sastrawan dan pemahat serta banyak guru dan pemikir lainnya.
Pada dasarnya kesadaran diri itu telah membawa manusia kepada tingkat kecerdasan dimana kita bisa berfikir tentang fakta dan memikirkan visi, memiliki bahasa untuk mengekspresikannya, dan membentuk manusia homosapiens. Kesadaran Diri merupakan khas manusia dan memberi kita kesadaran yang sangat berbeda tentang diri kita sendiri; kita bisa berpikir tentang visi yang kita bayangkan.
Kesadaran Kosmis: Inilah kesadaran yang dalam, tinggi serta tajam tentang “hidup dan keteraturan alam semesta” dimana seseorang merasakan kesatuan dengan energi semesta. Dia selalu merasakan dan melihat tanda-tanda ciptaan dan kehadiran Tuhan pada setiap materi, ruang dan waktu, di pegunungan dan dataran, di laut dan sungai, di angkasa, di setiap benda hidup dan benda mati, di setiap penelitiannya dalam laboratorium, juga dalam bangun dan tidurnya. Dia bersujud hanya kepada Tuhannya, dia takut hanya kepada Tuhannya, dan dia pasrah hanya kepada Tuhannya.
Sebagian orang dilebihkan dari pada yang lain. Segelintir orang saja yang mampu naik ketingkat kesadaran kosmis tersebut seperti para Nabi, sebagian pemuka agama, orang suci dan para santa serta sebagian orang yang mencerahkan nuraninya. Atau mungkin juga sebagian kelompok lain yang tak terdeteksi oleh kasat mata.
Mereka manusia pilihan, emosinya sangat terkendali, reaksinya sangat proporsional, pemikirannya dibimbing oleh serta rukuk kepada keteraturan alam. Daya tahannya menyerap energi alam sangat optimal. Kesadaran Kosmis menempatkan sebagian jalan manusia di atas yang lain, suatu kesadaran tertinggi tentang Ketuhanan, kehidupan, dan keterikatan dengan alam semesta.
Bucke menulis daftar tokoh-tokoh sejarah yang dalam pandangannya telah berhasil memiliki kesadaran kosmis, diantara mereka adalah: Muhammad, Yesus, Buddha, , St. Paulus, dll. Bucke seorang Psikiater yang mengepalai dua rumah sakit jiwa di Hamilton dan London di Ontario. Pada tahun 1882 dia menjadi profesor penyakit mental dan saraf di Western University di Ontario (saya kutip dari buku 50 Spiritual Classics, Tom Butler-Bowdon).
HURUF-HURUF DALAM GEN.
Hubungan vertikal serta hubungan horizontal, yaitu menjaga hubungan baik dengan Maha Pencipta dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, adalah hakikat dari upaya menuju kesempurnaan sebagai hamba Tuhan Mahapenguasa alam raya.
Ketajaman pemahaman tentang dunia sekarang dan dunia yang akan datang serta keteraturan hukum alam mengasah hubungan-hubungan horizontal dan vertikal sehingga menjadikan manusia bersinar terang, mampu memaknai Kesadaran Kosmis, yang mengubah manusia biasa ‘dari kesadaran rendah selevel hewan menjadi serupa malaikat’.
Reliji adalah ke-IMAN-an manusia kepada Tuhan. Prilaku orang beriman kepada Yang Mahaesa tidak hanya menyembah Tuhan melalui ibadah ritual seperti ibadah sembahyang. Bekerja mencari nafkah juga ibadah. Berjuang untuk memberikan kesejahteraan kehidupan yang lebih baik untuk keluarga adalah bagian dari jihad. Berjihad adalah sikap reliji.
Sumber ilmu yang paling hakiki bagi ummat adalah Kitab Suci yang digunakan masing-masing agama. Ada Zabur, Taurat, Injil, dan ada Al-Qur’an. Agama Hindu dan Budha juga memiliki Kitab Suci. Kecemerlangan ummat Islam tidak boleh dipisahkan dari Al-Quran karena Al-Quran adalah petunjuk yang hakiki. Orang beriman yakin atas keberadaan Surga dan Neraka, percaya atas rumusan Pahala dan Dosa karena semua itu tertera penjelasannya dalam kitab suci.
Bagi sebagian orang, beragama semata-mata untuk mencari ketentraman, atau untuk mendapatkan perasaan aman. Tidak banyak yang mengerti bahwa beragama untuk pencerahan dan merasakan kebenaran.
Jika fisik yang sakit, orang ke dokter atau rumah sakit untuk mengobati bagian tubuh yang terasa sakit. Untuk menjaga fisik tetap prima atau meningkatkan daya tahan jaga-raga, orang minum vitamin dan jamu. Begitulah, jiwa juga butuh vitamin dan jamu agar jiwa tetap sehat kuat dan segar. Bagaimana?
Berdoalah. Doa mengobati, menyehatkan dan menguatkan jiwa. Doa ibarat pentingnya darah bagi tubuh. Doa yang baik hening kontiniu bagian utama dari kiat kiat mengasuh dan mengasah Spiritual Quotient.
Praktek penyembuhan diri-sendiri, dimana kiat utamanya adalah berdo’a, telah ada sejak zaman dahulu kala. Konsep intinya adalah tubuh dapat menyembuhkan diri sendiri. Kazuo Murakami Ph.D. menjelaskan bahwa dalam konsep ini ”Gen memerintahkan tubuh untuk sembuh. Dengan kata lain, tubuh telah dilengkapi dengan sebuah program penyembuhan yang tersembunyi. Tidak ada yang dapat terjadi dalam tubuh kecuali jika hal itu telah tersurat dalam gen kita.”
Saya percaya ilmu pengetahuan tentang gen manusia masih dapat digali dan dikembangkan agar manusia semakin mahfum apa itu gen dan apa yang terkandung di dalamnya. Bukankah dari jumlah gen yang begitu besar di tubuh kita, hanya 5 hingga 10 persen yang berfungsi di setiap waktu.
Para ilmuwan sama sekali tidak/belum tahu apa yang dilakukan oleh sisanya. Bukankah kita belum mengerti betul apa isi informasi genetik itu? Kode genetik manusia, yang tersusun atas lebih dari tiga miliar ”huruf-huruf kimia”, semua tersimpan dalam untai-untai berukuran mikroskopik yang memiliki berat hanya satu per 200 miliar gram dan lebar hanya 1/500.000 milimeter.
Gen adalah cetak biru dari kehidupan kita, elemen kunci yang memungkinkan diteruskannya kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan sel adalah unit dasar dari seluruh makhluk hidup.
Para ulama umumnya sepakat bahwa manusia secara fitrah sudah membawa buku catatan yaitu buku ‘Yaumul Mahfudz’. Disini dicatat perjalanan jodoh, mati, reizky, bagaimana nasibnya nanti, dan lain-lain. Maksudnya, nasib seseorang itu sudah tercatat dengan baik di dalam buku tersebut. Dan dipahami pula bahwa manusia bisa merubah sebagian nasibnya melalu doa.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: Lauh Mahfuzh adalah kitab tempat Allah menuliskan seluruh skenario/catatan kejadian di alam semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur’an sebanyak 13 kali diantaranya adalah dalam surah Az-Zukhruf 43: 4, Qaf 50: 4, An-Naml 27: 75 dan lainnya.
“Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (An Naml, 27:75).
Penemuan dan keyakinannya yang ditulis oleh ahli genetika itu menimbulkan pertanyaan besar dibenak saya: Apakah huruf-huruf dalam GEN tersebut yang dimaksud dengan ’LAUMUL MAHFUZ’ di dalam Al-quran? “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfuzh).” (Qs. Yasin:12)
( Bersambung )
(rbs/riaumag.com)