Empati tidaklah sama dengan Simpati. Bersimpati artinya perasaan anda hanyut untuk ikut merasakan. Emosi anda menggambarkan respon bahwa anda tenggelam dalam kebersamaan. Dalam simpati anda lebih banyak merespon dengan perasaan.
Berempati tidak berarti anda sepakat, melainkan secara mendalam anda mencoba mengerti orang itu, baik dari segi emosional maupun intelektual. Anda mencamkan nada suara dan melihat serta mencamkan bahasa tubuh yang bersangkutan, tidak hanya kata-katanya. Dalam empati anda mendengar dengan hati, mata dan pikiran secara objektif, menggunakan sekaligus semua panca-indera anda. Dengan begitu muncul pameo; Orang lebih percaya kepada matanya dari pada telinganya.
LIMA PILAR EQ (Empathy Quotient)
1. Anda harus INTUITIF & SENSITIF terhadap orang lain, peduli padanya, ingin membantunya, baik dalam suka maupun duka. Give and give and give.
2. Anda harus MENYIMAK, tidak hanya mendengar dengan telinga, melainkan menggunakan seluruh PANCA-INDERA dan HATI.
3. Anda harus bersabar memberinya kesempatan untuk mengexpresikan EMOSINYA dan mengutarakan segala PIKIRANNYA.
4. Anda harus menahan diri untuk tidak segera/cepat menghakimi apa (siapa) yang benar/salah, melainkan terlebih dahulu menunjukkan bahwa anda MEMAHAMI apa yang sedang dibicarakannya.
5. Anda harus yakin POSITIVE THINKING akan menuntun menuju yang terbaik; dunia berpihak kepada yang benar.
How to Develop Empathy in Leadership
Jika EQ anda rendah, Empati adalah keterampilan yang dapat anda kembangkan melalui mindful awareness. Pertama yang harus dilakukan adalah quiet your inner chatter sehingga anda dapat fokus pada percakapan itu. Sediakan waktu untuk menyimak apa yang dikatakannya. Bahkan jika anda tidak setuju dengan isi percakapan itu, tetaplah mencoba untuk mengerti apa yang diceritakan dan dirasakannya. Dengan begini kemampuan berinteraksi dan berempati anda akan berkembang.
Apakah Listen with Empathy Mendapatkan Tempat Dalam Bisnis/Pekerjaan?
Ya, tentu.
Empati dasarnya adalah memahami orang lain. Bagaimana selanjutnya anda bersikap padanya adalah hasil dari kepedulian tersebut. Anda bertindak manis atau kasar padanya adalah hasil dari Mendengarkan. There Is No Empathy Without Being a Good Listener. Mendengarkan sebagai dasar yang sangat penting/menentukan dalam hubungan kerja dan dalam mengambil keputusan.
Bagaimana Anda Yakin, Pemimpin yang Menggunakan Listen with EMPATI Lebih Baik daripada TIDAK?
EMPATI sesungguhnya dapat diterapkan untuk memperoleh hasil berkesinambungan. Hal yang penting adalah menetapkan ethical framework. Pemimpin harus menegaskan garis batas mana kebiasaan/prilaku yang baik/direkomendasikan dan mana yang buruk/tak direkomendasikan sebagai standar etik dan sikap Listen with Empathy. agar menjelma menjadi Adaptive/Progressive Company Culture .
Untuk mengawali pembahasan itu, ada baiknya kita renungkan pengalaman kita bahwa hubungan yang baik yang sudah kita bangun berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dapat rusak begitu saja disebabkan oleh satu interaksi yang buruk. Satu kata yang buruk, satu bahasa tubuh yang buruk. Jagalah, jangan sampai panas setahun dihapuskan hujan sehari.
Hal-hal Penting yang Sepantasnya Anda Perhatikan Untuk Membangun Interaksi
dengan EMPATI yang Jitu adalah;
- Kiat memberikan corrective feedback adalah suatu keterampilan yang mesti diasah dan dipraktekkan terus menerus. Feedback yang tepat, tidak dengan marah, akan menjaga harga diri & rasa percaya diri serta membangun kerjasama. Contoh corrective feedback ialah; “Anita, ketika anda terlambat, saya perhatikan anda merasa canggung dilihat teman-teman, mood anda terganggu. Ketika yang lain sudah mulai bekerja, anda baru sampai. Dalam seminggu ini anda sudah 3X terlambat masing-masing sepuluh menit. Saya tahu anda sendiri tidak suka hal itu, jadi saya yakin anda akan mampu menemukan jalan keluarnya. Semua orang di sini berharap anda ikut menjaga disiplin waktu serta menghormati perasaan teman-teman yang tidak terlambat.”
- Positive feedback dapat menciptakan suasana menyenangkan serta membakar semangat orang yang mendengarnya. Berikanlah positive feedback untuk hal-hal seperti ini; “Yuyun, anda pantas untuk merasa bangga dan gembira. Saya mendengar bahwa anda sudah berhasil mendapatkan perusahaan catering yang memenuhi persyaratan dan standar mutu perusahaan. Kontrak sudah ditanda-tangani, bukan? Tentu hal itu sangat baik bagi kita semua di perusahaan ini.”
- Negative feedback akan menghancurkan hubungan baik dan kerjasama yang telah dijalin selama ini. Misalnya; “Anita, hari ini anda terlambat lagi, terlambat lagi. Saya ingatkan jika anda ulangi lagi, saya akan meminta Personalia memberi anda surat peringatan. Saya nggak mau tahu gimana caranya, pokoknya keterlambatan itu tak bisa ditolerir. Yang lain sudah mulai sibuk, anda enak aja baru sampai”. Nah, rasakanlah bedanya jika anda menerima negative feedback seperti ini dibandingkan dengan corrective feedback seperti di atas.
- Interaksi yang buruk biasanya bisa terjadi karena anda memperlakukan sama semua situasi dan kondisi (sikon) tatkala berkomunikasi. Anda tidak mengenal atau anda gagal membedakan antara sikon bercanda, sikon berdiskusi dengan sikon kritis. Dengan kata lain, keberhasilan berinteraksi juga ditentukan oleh waktu dan mood. Anda harus tahu kapan bercanda dan kapan serius. Kapan mood yang tepat untuk berdiskusi, kapan mood untuk ngobrol santai. Apakah anda anggap sama berinteraksi dengan teman yang baru memberi anda undangan pernikahannya dengan teman lain yang sedang sakit gigi?
- Kepada siapa anda berinteraksi juga harus diperhitungkan. Apabila anda berbicara dengan karyawan rendahan, dimana biasanya mengenyam hanya pendidikan rendah, tentu anda perlu memperhitungkan kecepatan berbicara, pemilihan kata-kata serta banyak dan rumitnya materi yang disampaikan. Janganlah menggunakan istilah-istilah dari bahasa asing, melainkan gunakanlah istilah yang akrab dengan kuping karyawan tersebut. Artinya, anda ‘terpaksa’ menyetel frekwensi anda agar ‘nyambung’ dengan teman bicara tersebut. Sebaliknya, jika anda berinteraksi dengan teman selevel, atau dengan yang levelnya di atas anda, maka andapun ‘dipaksa’ menyetel gaya interaksi yang cocok dengan orang tersebut. Guyon yang biasa kita dengar adalah perbedaan antara berkomunikasi dengan saudara kita wong Solo dan saudara kita dari suku Batak. Jadi budaya berbicara seseorang atau sekelompok orang juga harus menjadi kepekaan kita dalam berinteraksi.
- Kelancaran interaksi anda dengan seseorang juga sering diganggu oleh masalah kemistri. Ada Manajer yang tidak mau mempunyai anak buah tertentu hanya karena merasa tidak ‘cocok’ dengan wajah atau bentuk fisik karyawan tersebut. Mungkin disebabkan oleh tipe hidung tertentu, atau tipe kuping tertentu, atau tipe bibir tertentu, bahkan gaya bicara atau mimik tertentu. Pokoknya Manajer tersebut selalu merasa tidak nyaman jika berkomunikasi dengan karyawan itu sehingga sangat sulit untuk menghasilkan interaksi yang bermanfaat. Manajer tersebut, atau siapapun orangnya, seharusnya segera menyadari bahwa masalah kemistri tersebut perlu diatasinya. Sesungguhnya tidak sulit mengatasi hal itu. Pertama, harus ada kesadaran dan kemauan untuk mengatasi. Kedua, harus ada keyakinan bahwa semua manusia ciptaan Tuhan. Tuhan Maha Sempurna, dan DIA menciptakan manusia dengan segala kesempurnaanNYA. Di balik kekurangan seseorang selalu ada kelebihannya. Di balik kelebihan seseorang selalu ada kekurangannya. Tuhan mengatur semua itu dengan sempurna.
- Hal lain yang mempengaruhi hasil interaksi adalah terlalu banyak pesan/materi yang disampaikan pada waktu bersamaan. Jika yang akan disampaikan adalah hal-hal yang rumit dan/atau banyak, sebaiknya anda buatkan pesan/materi tersebut dalam bentuk tulisan. Pada umumnya, karyawan hanya mampu mengingat paling banyak 3 hal dalam satu instruksi. Jika lebih dari 3 item yang harus dihapalnya, instruksi itu sebaiknya dibuatkan tertulis. Ada karyawan yang mampu menghapal dan mengerti lebih dari 5 item, karena itu kita harus mengenal betul dengan siapa kita berinteraksi. Mayoritas karyawan di Indonesia berpendidikan antara tidak tamat Sekolah Dasar dan SLTP. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi daya nalar seseorang.
Tujuh aspek penting dalam berinteraksi tersebut ada yang mesti dipraktekkan terus menerus, ada pula yang mesti dihindari sedemikian rupa. No one is perfect. And practice makes perfect.
Jakarta, 24 Agustus 2021.
Salam Empati dari Penulis,
RAJA BAMBANG SUTIKNO, MBA.
WA. 0812 9045 1183
email: oborciptaconsulting@yahoo.com
Penulis Buku The POWER of EMPATHY in LEADERSHIP.