Dari Buku Raja Bambang Sutikno
Riaumag.com , Jakarta
Di bawah ini saya uraikan tindakan-tindakan yang akan membantu anda membangun hubungan spiritual dan emosional dalam sikap amanah dan saling percaya mempercayai.
Jujurlah. Be Honest.
Muhammad sejak masa kecilnya dikenal sebagai anak yang sidiq. Sampai dewasa, beliau didengar dan dipatuhi kerana nama baiknya sebagai orang yang paling jujur.
Kejujuran, disamping keadilan, dari seorang pemimpin adalah top priority bagi tim.
Namun begitu, walaupun kebenaran merupakan suatu bagian inheren dari integritas, pengungkapan kebenaran juga harus mempertimbangkan ruang lingkup dan waktu. Dimana, bagaimana serta kapan kebenaran itu boleh diungkapkan menghendaki sebuah kearifan.
Secara umum orang lebih toleran untuk mendengar apa yang tidak mereka sukai tentang selebriti dari pada mengetahui bahwa manajer/direktur mereka telah berbohong. Kejujuran itu berat dan mahal. Berat bagi orang yang suka berbohong.
Berat untuk berkata dan berlaku benar karena ada daya tarik yang besar berupa kenikmatan/keuntungan sesaat dari ketidak-jurjurannya. Mahal karena ada ’hadiah’ menumpuk atas ketidak-jujurannya.
Ketika si Polan menemukan uang seribu rupiah tergeletak di lantai mall, mungkin ia akan berseru ”hai uang siapa itu yang jatuh di lantiai!!” atau mungkin ia akan pergi saja tanpa peduli. Jika itu uang seratus ribu, mungkin reaksi kejujurannya sedikit bebeda.
Bagaimana dengan tumpukan uang kertas seratus ribu? Tetapi yang mungkin pasti, jika yang di lantai mall itu setumpuk uang berjumlah sepuluh juta, si Polan akan mengambil uang itu secara diam-diam, lirik kanan lirik kiri dan pergi nyelonong jauh-jauh. Kejujuran memang bernilai tinggi.
Jika, ketika anda mempunyai peluang untuk korupsi bermiliar-miliar, uang itu tidak anda ambil. Itu baru namanya orang jujur.
Berempatilah. Give your EMPATHY.
Perasaan saling percaya awalnya ditanam dengan interaksi secara empati. Dalam hubungan kerja kita sebaiknya membedakan antara sikap simpati dengan empati.
Simpati lebih cenderung digunakan pada hubungan pribadi, sedangkan empati pada interaksi dalam manajemen.
Dalam simpati anda hanyut dengan perasaan untuk meresapi perasaan orang itu. Sesungguhnya empati lebih dari pada meresapi perasaan.
Dalam empati anda berusaha mengerti secara berimbang dan mendalam perasaan dan jalan pikiran orang itu.
Dalam Empati, seharusnya anda bertujuan untuk dapat membantu meringankan beban masalahnya, bahkan jika memungkinkan mendorongnya sampai dia sendiri mampu mengatasi masalahnya.
Orang yang berkata ’saya dapat merasakan apa yang anda rasakan’ adalah orang yang sedang memberikan simpatinya.
Orang yang berkata ’saya berusaha merasakan apa yang anda rasakan dan saya berusaha mengerti jalan pikiran anda, mungkin ada yang dapat kita sinerjikan’ adalah orang yang sedang memberikan empatinya.
Saling menghargai, mutual respect, juga bagian dari sikap empati. Memang sudah seharusnya manajer mengutarakan fakta-fakta konkret, akan tetapi jika tidak dikemas dengan unsur perasaan maka anda akan dianggap sebagai manajer yang dingin dan menjaga jarak.
Anda perlu menyiratkan bagaimana perasaan anda, dan andapun harus pintar membaca yang tersirat dibalik yang tersurat ketika ada orang yang sedang berinteraksi dengan anda.
Dalam manajemen partisipatif, kita menyebutnya keterampilan ‘Mendengar dan Merespon dengan Empati Bahasa Verbal dan Non Verbal’.
inilah suatu keterampilan yang mutlak bagi para pemimpin/direktur/manajer yang saya bahas panjang lebar dalam buku saya yang sudah beredar yaitu “The Power of EMPATHY in Leadership & Communication”.
Transparanlah. Be Transparent. Jangan ada agenda tersembunyi, misalnya berbeda ucapan dengan perbuatan.
Apa pun hal yang sudah disepakati harus dihormati dan dipegang teguh. Perubahan atas kesepakatan hanya boleh dilakukan atas kesepakatan baru.
Pemimpin yang hebat mengerti Hukum Katup (The Laws of the Lid) sehingga terus menerus updating and improving his/her knowledge agar memiliki wawasan yang luas dan tinggi.
Jangan sampai ide-ide brilian dari anggota tim mentok karena katup pemimpin yang dangkal.
Pemimpin seharusnya memiliki sikap/pribadi yang terbuka sehingga mudah dikenal/dipahami orang.
Setiap pemimpin seharusnya memperlebar jendela yang membuat anda lebih mengenal siapa diri anda dan juga membuat orang lain lebih mengenal siapa anda seutuhnya karena kepercayaan dan ketidakpercayaan datang dari segala arah, baik dari arah yang tidak anda ketahui maupun yang anda ketahui.
Karena itu tetaplah memberi informasi yang relevan kepada tim, sampaikan alasan-alasan dan kriteria-kriteria yang mendasari penetapan keputusan-keputusan yang anda buat. Tegas namun Adil. Firm but Fair.
FIRM artinya tegas dan konsisten menegakkan aturan. Setiap orang harus disiplin, juga diri anda sendiri.
Anda tidak bisa menegur anak buah yang terlambat jika anda sendiri biang keterlambatan. Konsisten dan konsekwen menjadi sangat penting.
Bagaimana anda akan menegur anak buah yang meminta komisi/persenan dari pemasok/pemborong jika anda sendiri tidak memberi contoh sebagai atasan yang anti menerima sogokan, anti uang gratifikasi?
Bagaimana anda melarang karyawan membuang sampah sembarangan sementara anda melemparkan puntung rokok kemana-mana.
Pikirkan dan pertimbangkanlah bagaimana orang lain akan memahami objektifitas dan keadilan atas keputusan-keputusan yang anda keluarkan. Tegur dengan cara yang pantas terhadap orang yang bersalah, dan berikan ucapan terima kasih dan/atau pujian kepada orang yang pantas menerimanya.
FAIR maksudnya adil. Hukumlah orang sesuai dengan porsi kesalahannya dan hargai atau beri imbalan orang setara dengan perbuatan baiknya.
Bersikaplah objektif dan tidak memihak dalam menilai kinerja, serta berikan perhatian extra terhadap upaya-upaya mempertemukan/mempersatukan persepsi-persepsi dalam tim.
Hukuman atau ganjaran terhadap si A haruslah sama dengan hukuman atau ganjaran terhadap si B atas suatu problem yang setara.
Jangan ada perbedaan keputusan gara-gara ada hubungan keluarga atau hubungan emosional. Pegang janji.
Keep your promise. Memegang janji dan bersikap jujur kedengarannya mirip, namun kedua hal itu serupa tetapi tak sama. Memegang janji bermakna memenuhi apa yang sudah diikrarkan atau dideklarasikan bersama.
Sedangkan jujur bermakna mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu sesuai dengan fakta dan kenyataan. Jangan mengumbar janji.
Memberi angin surga atau harapan kepada anak-buah akan membuat anda menjadi bulan-bulanan karena mereka selalu mengingat-ingat kemudian menagih hal-hal seperti itu.
Mereka menganggap anda telah memberi janji dengan ungkapan-ungkapan anda, walaupun untuk hal yang di luar wewenang. Karena hal itu menguntungkan mereka maka mereka tak kan pernah melupakannya. Ada manajer mengumbar janji akan menaikkan gaji anak buahnya, atau menaikkan pangkat, atau memutasi ke posisi ‘basah’.
Bilamana karena satu dan lain hal anda gagal menepati janji itu, maka lunturlah kepercayaan mereka terhadap anda. Sayang sekali hal serupa ini sering terjadi, karena nila setitik rusak susu sebelanga.
So what, bagaimana dengan janji anda? Senantiasa tepatilah janji dan komitmen-komitmen anda. Karena itu pula, terlebih dahulu gigitlah ujung lidah sebelum berkata. Artinya, pikir-pikir dua atau tiga kali sebelum berkomitmen.
Kemudian jika seseorang atau beberapa orang memberikan kepercayaannya tentang suatu hal atau suatu rahasia kepada anda, berarti mereka menilai anda orang yang bijaksana dan dapat mereka andalkan.
Mereka butuh kepastian bahwa anda berjanji tidak akan membocorkan rahasianya kepada orang lain atau mengkhianati rasa kepercayaannya itu.
Jika anda gagal menyimpan amanah itu, anda gagal menepati jani, maka kredibilitas serta reputasi anda akan sirna di mata mereka.
Seketika itu anda bukan lagi manajer/direktur yang dapat memegang janji.Alangkah indahnya menjadi orang yang dipercaya, namun hal itu harus dibangun selama bertahun-tahun dengan berbagai ujian dan cobaan.
Orang tidak menilai anda atas apa yang akan terjadi, tetapi menilai apa yang telah terjadi; apa yang telah anda perbuat.
Walaupun anda berteriak bahwa anda manusia paling jujur sedunia dan berjanji siap untuk membuktikan itu, namun apabila selama kata-kata atau janji anda itu dirasakan oleh orang lain bagaikan ’jauh panggang dari api’ maka anda jangan berharap mereka akan percaya. Sekarang banyak orang pintar, banyak yang nekad, banyak orang ganteng dan cantik jelita.
Sekarang banyak orang kaya dan berkuasa. Namun sedikit yang jujur dan dipercaya. Kebohongan dan kesombongan juga tabungan yang akan memberi manusia karmanya.
Yang menabur angin yang akan menuai badai. Jika kecurangan yang anda semai, maka ada waktunya anda menanggung akibatnya.
Tidak ada perbuatan seseorang yang tidak kembali kepadanya. Semua ada waktunya. Jangan lupa, mengemban amanah adalah hal yang sangat berat.
Sebaliknya banyak manusia yang merasa sanggup menerima kepercayaan walaupun akhirnya mereka berlaku zalim karena kesombongan dan kebodohannya. Orang yang berlaku zalim tak mungkin bisa dipercaya.
( Bersambung )
(rbs/riaumag.com)