Oleh ; Bagus Santoso ( WaBup Bengkalis)
Riaumag.com , OPINI –“Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas dengan buah.” (Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq)
Perlu kesabaran dan berusus panjang, serta laku ikhlas tingkat dewa untuk dapat melakoni jurus ilmu luar biasa dari sahabat sekaligus mertua baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
Bagaimana tidak, adakah diri kita sanggup menahan amarah ketika niat mulia di balas dengan caci maki serta celaan. Hanya manusia yang telah lolos kaji jati diri tingkat tinggilah sanggup menghadapi semuanya seperti Abu Bakar Sidik.
Apalagi dengan kemajuan tekhnologi era abad terkini.Dunia maya menyeruak ke ruang tanpa tanpa sekat. Setiap kejadian dipastikan akan mendapat tanggapan berbeda antara satu orang atau kelompok dengan lainnya. Tergantung dari sudut dimana posisi berada dan kepentingannya.
Setiap peristiwa apapun itu, selalu punya banyak sudut pandang. Satu orang saja bisa memandang dari berbagai sisi. Apalagi kalau dibawa ke dunia yang jumlah orangnya jauh lebih banyak. Maka akan terjadi jutaan penagsiran,tapi tak usah dirisaukan.
Tersebab beda dari cara berpikir dan sudut pandang kepentingan. Maka apapun yang terucap, yang termuat, up date status pasti terjadi pro kontra. Jangan jadi beban dan jagan hiraukan, karena orang lain yang menilai siapa berbobot dan waras, siapa bermutu, bernas dan siapa pula asbun dan teking tak tentu arah.
Jauh hari sebelum sahabat Abu Bakar, Nabi Muhammad telah memberikan keteladanan yang sungguh luar biasa mulia. Nabi pun tidak luput dari caci maki dan celaan dari orang orang yang tak suka pada seruan jalan kebenaran.
Tak hanya makian dan hinaan, malahan lebih sadis lagi di lempari batu dan kotoran hewan. Seperti dikisahkan dalam sirah nabawiyah. Nabi Muhammad ketika melakukan perjalanan dakwah ke Tha’if.
Setelah menempuh jarak sejauh 60 mil dari Kota Makkah. Dengan harapan dakwah Islam diterima warga Thaif, setelah kafir Quraisy Makkah menolak dan memperlakukan beliau dengan keji. Namun yang diperoleh Nabi ternyata sama saja seperti yang terjadi pada kaum Quraisy.
Malaikat Jibril yang tak memiliki kewenangan marah, terpancing murka melihat Nabi di buat sedemikian luka lara. Setelah 15 hari berda’wah tanpa hasil kecuali hanya 1 orang budak bernama Addas yang disuruh majikannya memberi anggur kepada Nabi ketika Nabi bersembunyi dibalik tembok rumah Tsaibah. Sekujur badan Nabi kesakitan dan berdarah dilempar batu dan kotoran.
Tatkala dalam perjalanan pulang sampai di Qarnul Manazil, tiba-tiba Jibril menampakkan diri seraya menyampaikan salam. Allah mengutus Jibril bersama Malaikat penjaga gunung yang menunggu perintahNYA untuk meratakan Al-Akhasyabain (dua gunung di Makkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan yang di seberangnya, Qaiqa’an) terhadap penduduk Tha’if.
Bagaimana jawaban Nabi? Beliau justru menolak tawaran Jibril itu. “Jangan. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) ‘la ilaha illallah’ dari rahim mereka,” jawab Rasulullah.
Keteladanan ulama di Indonesia juga tak kalah mulianya. Dialah Buya Hamka teman dan lawan Presiden Soekarno. Kedua tokoh besar, menurut sejarah awalnya bertemu 7 tahun sebelum Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1938.
Buya Hamka dipertemukan dengan Soekarno oleh aktivis muslim Tionghoa Abdul Karim Oei di Bengkulu. Buya Hamka kala itu datang ke Bengkulu dalam rangka kegiatan Muhammadiyah. Sementara Bung Karno baru saja dipindahkan sebagai tahan politik Belanda setelah mendekam selama 4 tahun di Ende.
Dari pertemuan tersebut Bung Karno mengajak Hamka untuk Hijrah dari Medan ke Ibukota Jakarta pada 1946. Ajakan itu sempat tertunda karena adanyanya Agresi Pertama pada 1947. Namun kemudian Hamka benar-benar datang ke Jakarta pada 1949 setelah Bung Karno mengujungi di Buktitinggi, Sumatra Barat.
Persahabatan berubah seiring memanasnya kondisi politik kala itu, hubungan kedua tokoh nasional ini sempat meregang. Hal itu tidak lepas dari pengaruh PKI yang mulai memperalat secara politik posisi Bung Karno, dan Hamka saat itu aktif di Masyumi, partai yang paling dibenci oleh PKI.
Puncaknya saat Buya Hamka ditangkap dan dipenjara atas tuduhan dugaan keterlibatan percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno dan Menteri Agama saat itu. Hamka yang pernah dipenjara oleh sahabat baiknya, tidak pernah menyimpan dendam. Justru sebaliknya, Hamka lah yang mengimami salat jenazah Bung Karno ketika wafat.
Makna kata mutiara sahabat Abu Bakar yang sebangun dengan nasehat Nabi adalah ketika kamu berbuat baik tapi malah kena cemeeh bahkan di viralkan tak elok, maka balaslah dengan senyuman manis.
Insya Allah orang bersabar dan bersyukur dikasih Tuhan. Yakinlah hanya orang yang tak suka amal kebaikan atau karena terganggu can tepi yang diperolehnya panik sebentar lagi terdedah atas keburukan perangainya.
Untuk itu terus bersyukur dan ikhtiar kuat untuk tetap berkhidmat. Amal
dan usaha baik atau buruk tak butuh diiklankan. Sebab hanya akan membuat sibusuk hati kasak kusuk.
Bahkab bermimpi hal yang baik sekalipun, maka cukup jelaskan kepada orang-orang terdekat yang mengasihi dan menyayangimu, tapi jangan ceritakan kepada orang lain atau orang yang membencimu.
Karena, hal itu malah bisa menimbulkan rasa cemburu, iri dan dengki kepada orang yang kamu ceritain. Ingat Kisah mimpi Nabi Yusuf ?, di mana bulan dan bintang bersujud kepadanya. Setelah meminta nasehat ayahnya, dia diminta untuk tidak menceritakan kepada saudara-saudaranya. Sebab, ayah Nabi Yusuf tahu bila saudara-saudaranya itu tidak suka dengannya.
Persis seperti pesan melalui aplikasi WA dari sahabat Forkominda Kapolres Bengkalis AKBP Hendra Gunawan “Alhamdulillah terus berbuat baik kalau perlu orang lain tidak tau apa yang kita perbuat. Sangat bermanfaat Bang.
Niat dan laku mulia tidak harus diucapkan, terkadang orang lain jika tahu siapa dirimu yang sebenarnya, kala itu baik maka akan menimbulkan iri. Kala itu buruk, justru akan membongkar aibmu sendiri.
Jadi, mulai sekarang, jaga dan perbanyak amal kebaikan, konsisten dan disiplin atas pendiran yang benar. Dan terpenting lebih bijak simpan dan rahasiakan setiap amal kebajikan tetapi hasilnya terbukti manis dirasakan.
Mari berserah diri pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, belajar dan terus berikhtiar menguatkan hati, walaupun orang berbuat jahat pada kita jangan balas perbuatannya dengan kejahatan, tapi balaslah senyuman dan amal kebaikan.