Dari Buku Raja Bambang Sutikno
Riaumag.com , Jakarta
Lima mutiara NURANI 1. Beriman, 2. Niat & Ikhlas 3. Rendah Hati, 4. Amanah, 5.
Berkelimpahan.Setiap kali kita menyaksikan anggota keluarga, sanak saudara, kerabat atau sahabat menghembuskan nafasnya yang terakhir, kesadaran kita atas Tuhan Yang Mahakuasa meningkat. Semua yang bernyawa pasti mati, tak ada yang mampu mempercepat, menunda bahkan menolak.
Kita merasa diingatkan betapa pentingnya mengumpulkan amal kebaikan semasa hidup karena itulah bekal terindah yang dibawa menuju surga nan kekal abadi.
Kita pun merasa diingatkan betapa merugi dan menyesalnya seseorang yang banyak berbuat dosa semasa hidupnya demi kenikmatan sesaat di jalan yang haram sebab itulah yang akan menjadi beban berat serta siksaan yang menderanya menuju atau selama di akhirat. Nurani yang ikhlas dan cerdas sadar setiap saat bahwa Tuhan tak pernah tidur, Tuhan tak pernah lengah.
Tuhan ada kapanpun dan dimanapun. Baik di dalam kesepian maupun di dalam keramaian, hamba yang memiliki SQ tinggi dan tajam tidak akan berbuat pelanggaran terhadap aturan yang sah. Korupsi, maksiat, zina atau persekongkolan busuk lainnya biasa dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
Mereka bisa saja sembunyi dari mata dan telinga manusia namun Tuhan memerintahkan malaikatNYA mencatat baik di tempat terang mau pun gelap, baik siang mau pun malam, di tempat sepi mau pun hiruk-pikuk.
Ibadah-ibadah yang dilakukan setiap hambaNYA juga dicatat dan direkam, dan itu akan menjadi penyelamat serta sumber kebahagiaan hakiki baginya di dunia sampai di akhirat kelak.
Keyakinan seperti ini yang kini mulai luntur pada sebagian besar ummat. Kita bangga terhadap para pemimpin yang memegang amanah, berjuang mensejahterakan rakyat.
Kita juga mendoakan kekuatan dan keteguhan untuk para anak bangsa yang tetap mengasah SQ agar tetap dan tegar menjadi a spiritual person dimana pun didudukkan.
Disebabkan nurani yang tumpul, dulu ada Ketua Mahkamah Konstitusi memperkaya dirinya dengan jalan memperjual belikan hasil PILKADA. Disebabkan nurani yang dangkal, menteri ngemplang uang rakyat dan ketua partai main kayu untuk menang pemilihan.
Disebabkan nurani nan terabaikan, banyak gubernur, walikota dan bupati yang mengotori darahnya serta darah isteri/suami anak dan kroni-kroninya dengan memakan uang haram. Tak terkecuali pengusaha juga ada yang begitu.
Ambisi ingin berkuasa telah membawa si penguasa membangun dinasti dengan menempatkan isterinya, adiknya, iparnya, anaknya, menantunya atau sepupunya pada posisi kepala daerah, dan posisi ketua, baik di eksekutif mau pun di yudikatif dan legislatif.Ketakutan akan kehilangan kekuasaan, ketua partai menempatkan anggota keluarganya pada posisi-posisi kunci di partai yang seolah-olah itu perusahaan pribadinya.
Sebagian menteri menempatkan kroni-kroninya pada jajaran kementriannya.
Banyak penguasa yang berkolusi dengan pengusaha untuk mengeruk persenan bejibun dari proyek-proyek pemerintah. Banyak pemimpin, pejabat dan pengusaha tajir di negara ini mempunyai hobi menyimpan perempuan muda nan bahenol tanpa surat nikah. Itu semua dipicu oleh nafsu tanpa hati nurani.
Pernah muncul fenomena adik gubernur yang menjelma menjadi kaya raya dan mengatur tender proyek-proyek serta jabatan-jabatan empuk di suatu provinsi tidak jauh dari DKI.
Mobil-mobilnya yang mewah yang disita KPK kira-kira hampir 100 unit, yang diduga sebagai proses pencucian uang, sudah membludak menutupi halaman KPK.
ini negara dengan falsafah Panca Sila. Jadi, spirit apa yang mestinya membahana dalam perilaku anak bangsa ini?
Kementrian Dalam Negri mencatat sampai Januari 2014 ada 318 yang bermasalah dengan hukum atau terlibat kasus korupsi dari 512 Kepala Daerah.
Dalam hal ini, berarti lebih dari setengah Kepala Daerah di Indonesia tidak becus.
Apa kata dunia? Dunia pun semakin tercengang mendengar pernah ada Rumah Sakit menelantarkan pasien, bahkan ada yang tega membuang pasien, ditinggal seorang diri di gubuk sepi. Inilah yang katanya bangsa yang ramah tamah.
Dengan sinis seorang tetangga saya bertanya “apakah pasien yang dicampakkan itu masih manusia?”
Secara dangkal dan kasat mata manusia melihat dan merasakan musibah sebagai bencana yang hanya merusak, menghancurkan serta menyebabkan darah dan air mata bercucuran.
Bukankah kita harus mengejawantahkan keyakinan bahwa Tuhan tidak menimpakan sesuatu untuk menyiksa ummatNYA.
Semua peristiwa itu pastilah didasari kasih sayang Yang Mahapengasih. Dari sudut pandang Spirityal Quotient, tiada kejadian tanpa izin dari Yang Mahasempurna.
Tuhan YME adalah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang, atas keyakinan itu maka kita harus memaknai setiap kejadian dari sisi positifnya.
Kita harus mengambil hikmahnya dan mengevaluasi diri agar ke depan menjadi lebih baik.
Secara mata telanjang manusia melihat dan merasakan musibah sebagi bencana yang hanya merusak, menghancurkan serta menyebabkan darah dan air mata bercucuran, padahal kita harus mengejawantahkan keyakinan kita bahwa Tuhan tidak mungkin menimpakan sesuatu untuk menyiksa ummatNYA.
Semua peristiwa itu pastilah didasari kasih sayang Tuhan Yang Mahapenyayang lagi Mahapengasih.
Seorang guru bertanya kepada murid-muridnya, “Apa yang paling berat?”
“Yang paling berat itu beton dan baja” kata seorang murid.“Ada yang lebih berat”“Kapal induk….” kata yang lain.“Masih kurang berat”“Kalau begitu apa guru ?”Sang Guru menjelaskan “Yang paling berat itu mengemban AMANAH.”
Misalnya amanah untuk selalu berbuat baik kepada semua ciptaanNYA, memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim. Ketika berkuasa menduduki jabatan tinggi, mampu menepati jani-janji yang diucapkan semasa kampanye.”
“Yang lemah itu LIDAH. Lidah tak tahan untuk tidak bicara. Dan lebih lemah lagi alias tak kuat ketika ia harus menahan untuk tidak mengumpat, mencaci, menyalahkan, pokoknya menyinggung perasaan, menyakiti hati orang lain.
Tahukan kalian, apa yang membuat orang keras hati, beku hati, atau sombong? Yaitu terlalu banyak makan dan terlalu banyak bicara. Anak-anakku, jangan banyak bicara atas hal yang tak bermanfaat.
Bicaralah seperlunya, ucapkanlah kata-kata yang enak didengar agar kita menjadi orang yang bermartabat.”Sang guru melanjutkan, “Jagalah lidahmu sebaik-baiknya, kalau tidak ia akan menjadi harimaumu.
Dari mana keluarnya fitnah? Bukan dari hidung, bukan dari telinga dan bukan dari mata tetapi dari lidah. Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan. Kata ulama, jika anda memfitnah seseorang itu ibarat memakan bangkai saudarmu sendiri. Lidah lemah tak bertulang namun dapat sangat menghancurkan.”
( Bersambung )
(rbs/riaumag.com)