RIAUMAG.COM – MADINAH
Assalamu alaikum, salam saya kepada laki-laki yang berperawakan gondrong berkumis dan berjenggot di samping saya, seorang saudara yang masih muda ini bertemu dengan saya di masjid Nabawi Madinah, sesaat sambil menunggu azan subuh, bawaannya sedikit nyentrik karna gondrongnya, namun gampang senyum.
Setelah sama-sama sholat sunnah dua rakaat sesudah azan pertama sebelum azan kedua panggilan sholat wajib subuh, saya menyapa dia, mengingat duduk di sebelah saya yang kebetulan sama-sama dapat di barisan (shaf) ketiga dari depan yang masih di sekitar raudoh tidak jauh dari makam nabi Muhammad rasulullah saw di masjid Nabawi.
Semula saya kira dia seorang warga negara Arab sehingga saya coba menyapanya dengan berbahasa Arab yang sedikit saya bisa, ternyata dia tidak mengerti dan dia malah balik menyapa dan bertanya dengan bahasa Inggris yang lancar, sayapun coba menjawabnya, sehingga terjadilah pembicaraan yang cukup serius dan berlanjut, ternyata saudara ini seorang warga negara Inggris yang bekerja di salah satu Bank di London, memang dia tidak asli akan tetapi keturunan Cyprus, namun sudah berkewarganegaraan Inggris, dan telah menikahi wanita Inggris serta bermukim di London, Mark Du namanya.
Ada hal yang menarik dari perbincangan kami, ketika saya bertanya dari mana dia belajar tentang Islam?, ternyata Mr Mark Du pengagum ulama dari negeri Yaman, yakni bernama Habib Umar bin Hafid pimpinan pesantren Darul Mustofa di kota Tarim. Meskipun dia tidak belajar di sana, namun katanya, beberapa temannya belajar di sana, bahkan tidak sedikit pemuda Inggris yang belajar di sana. Jika teman-temannya itu pulang, atau lagi liburan, maka mereka bertemu untuk belajar dan berdiskusi. begitulah cerita dari seorang saudara berkebangsaan Inggris itu. Teman saya yang ada di barisan belakang rupanya menyimak perbincangan kami, tiba-tiba dia meminta agar melihat ke belakang sejenak untuk difoto, tentu kami tidak keberatan, saudara Mark Du mengankat tangannya dan memegang bahu saya, pertanda silaturrahim yang lebih erat.
Jika melihat perjalanan ibadah umroh dan haji itu dapat juga dijadikan silaturrahim internasional, atau juga menghubungkan antar ummat (hablum minannas) tidak semata beribadah (hablum minallah), maka itu mungkin saja dan perlu, karena dari sekian yang mendapat panggilan ke tanah suci Mekkah dan Madinah, banyak sekali manusianya yang datang dari seluruh penjuru dunia, berbangsa-bangsa dan dari yg paling kaya sampai yang miskin, bahkan belatar belakang pendidikan yang tinggi sampai ke rendah, yang tiada hentinya, oleh karena itu tentu tidak ada salahnya silaturrahim internasional itu akan juga dapat dilakukan dan dapat menimbulkan dampak positif bagi tumbuhnya pendidikan dan ekonomi syariah, yang dirancang sedemikian rupa, misalnya ada Expo yang memberikan kesempatan kepada beberapa negara menjual produkya untuk pertumbuhan ekonomi Syariah, bisa dinamakan Mekkah atau Madinah expo dalam upaya meningkatkan perekonomian Syariah, dan kegiatan lain berupa Tabligh atau Diskusi yang membahas persoalan yang dihadapi ummat, termasuk perdamaian dunia.
Sayangnya pelaksanaan ke arah itu agaknya belum, sehingga kalaupun ada masih sangat terbatas, tidak sebanding dengan arus kunjungan yang datang, yang di satu sisi sebenarnya dapat berperan meningkatkan perekonomian Syariah dan lainnya untuk kesejahteraan ummat.
Muhammad Ali Siwon , Ketua DEPETA DPP ASITA
(RIAUMAG.COM)