Dari Buku Raja Bambang Sutikno
Riaumag.com , Jakarta
Rendah Hati dibentuk oleh nurani yang rukuk serta sujud memohon keridhoan Tuhan semata. Apa yang dapat kita banggakan dihadapan Tuhan? Semua yang ada di jagad raya adalah ciptaan dan milik Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa atas alam semesta. Seberapapun kayanya anda, itu hanya titipan sementara dan Itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekayaan Tuhan. Seberapa pun kuat perkasanya anda, itu belum seberapa. Di atas langit masih ada langit.
Bagaimanapun berpangkatnya, bergelarnya atau bangsawannya anda, itu masih kecil. Itu semua sementara karena hanya dititipkan sebentar saja, sekian tahun saja, oleh Allah Yang Mahabesar. Kebesaran Tuhan abadi, jauh lebih hebat dan lebih dahsyat dari pada yang mampu dibayangkan manusia. Setiap manusia akan mati, kekayaan akan tinggal, kekasih akan pergi, hanya Allah yang kekal.
Orang yang rendah hati dipuji. Orang yang tinggi hati dijauhi masyarakat. Orang yang sombong adalah orang yang merasa dirinya lebih hebat sehingga cenderung melecehkan kehebatan orang lain. Kalau perasaan bangganya dipertontonkan kepada orang lain dengan kata-kata atau sikap, maka orang itu kita sebut sombong. Pepatah melayu mengatakan orang begitu ‘bagaikan mengepit daun kunyit’.
Bangga yang tersirat melalui kesombongan itu cenderung mengarah kepada takabur. Orang tersebut seharusnya cepat-cepat menyadari kekeliruannya dalam menyalurkan perasaan bangganya. Misalkan anda manajer, jika anda melihat ada anak buah yang berada pada sikap seperti ini, sebaiknya anda segera memberinya corrective feedback. Ingatkanlah orang tersebut karena dia sedang lupa. Memang lupa itu merupakan fitrah setiap insan di dunia. Demi kesaling-tergantungan kita dalam membina hubungan sesama manusia, maka kita harus saling ingat-mengingatkan di jalan kebaikan. Amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebagian orang menyimpan perasaan bangganya itu di dalam hati saja, tanpa kata-kata dan expresi yang berlebihan, bahkan kadang-kadang terkesan orang tersebut bersikap malu. Perasaan bangga seperti itu kita sebut Rendah Hati. Dalam kerendahan hatinya dia menyimpan setumpuk semangat untuk lebih berprestasi. Dia bersyukur dalam diamnya bahwa Tuhan memberikan rahmat kepadanya untuk sedikit lebih dari orang lain. Tanpa rahmat dan karunia dari Tuhan, dia tahu bahwa dia bukan apa-apa, sehingga dia menyadari tidak pantas untuk menyombongkan diri.
Kenapa ada manusia yang menjadi sombong pada hal agar tetap hidup saja manusia hampir tak ada berperan. Manusia hidup karena bernafas dan itu sudah otomatis sejak sebelum dilahirkan. Nafas adalah fitrah pemberian Tuhan bukan buatan diri manusia ini sendiri atau pemberian orang tua atau dokter ahli kandungan. Jangan pernah lupa bahwa kehidupan manusia adalah anugerah dari Tuhan Yang Mahaagung, bukan produk ciptaan manusia.
Pada paragraf di atas sudah kita singgung juga, jangan samakan Rendah Hati dengan Rendah Diri. Manusia yang rendah diri adalah manusia penakut, tidak berani menatap dunia dengan kepala tegak, tidak bersikap optimistis, tidak berjiwa climber. Rendah diri berarti merasa kecil, merasa rendah, merasa lemah, merasa sudah gugur sebelum berperang. Rendah diri sifat orang-orang yang frustasi, orang-orang yang kalah, mudah menyerah dan putus asa. Jika anda orang yang rendah diri berarti anda tidak memiliki spirit untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
Kebalikan dari Rendah Hati yaitu Tinggi Hati. Manusia yang tinggi hati adalah manusia arogan, sombong, angkuh, merasa hebat, selalu benar dan mudah melecehkan orang lain. Jika anda orang yang tinggi hati maka anda akan mudah menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam pada setiap masalah dan anda sendiri tak pernah merasa bertanggungjawab atas problem apapun. Walaupun anda adalah sumber masalahnya, namun dengan enteng anda mencuci tangan setelah melempar batu. Jika anda tinggi hati maka anda mudah tersinggung, menganggap orang lain tidak menghargai anda. Dengan mudah anda akan mengatakan, walaupun mungkin dalam hati saja, “Hei lhu, jangan sok ama gue. Kalau cuman segitu, gue lebih hebat dari lhu”.
Orang yang tinggi hati mungkin juga ada yang merasa “gue pantas dihargai dan dihormati, ‘kan gue keturunan orang kaya, keturunan bangsawan, babe gue jenderal kakek gue mantan jawara ditakuti orang sekampung”. Sebagian orang yang tinggi hati tidak suka bergaul dengan masyarakat kebanyakan, tidak mudah berteman dengan siapa saja, sehingga cenderung menutup diri, memilih-milih orang untuk berkenalan.
Kita tidak tau kemana spirit hidupnya diarahkan, dimana nuraninya diasah. Mengherankan, bagaimana dia mendengar bisikan hati nuraninya atas prinsip bahwa manusia itu sama di mata Tuhan, yang membedakan bukan pangkat harta keturunan melainkan ketaqwaan dan amal ibadah orang itu. Tuhan mencatat, menilai serta memberkati orang yang beramal dengan ikhlas dalam kerendahan hati, namun disisi lain Tuhan juga mencatat, menilai dan melaknat orang yang berjalan di muka bumi dengan keangkuhan.
Tuhan murka kepada orang yang tinggi hati. Para Rasul dan para Nabi adalah teladan yang sempurna bagi umat manusia. Lihatlah betapa mereka menyampaikan risalah Tuhan dengan kerendahan hati. Itu berarti, semakin anda renah hati, semakin anda dihormati orang. Semakin anda menjiwai spirit kerendahan hati dengan nurani yang bersujud, semakin anda dicintai oleh Yang Mahapengasih. Ada kisah Nabi yang dibakar, ada yang diludahi, ada yang dihina karena sekujur tubuhnya berulat namun dengan kerendahan hati para Nabi memaafkan mereka yang menzolimi.
Sekali lagi saya ingin menyampaikan perasaan kagum saya kepada mereka yang telah mencontohkan kerendahan hati di zaman now, era modern ini. Saya kagum bagaimana Nelson Mandela melewati masa penyiksaan dan penderitaan dalam penjara selama kira-kira tiga puluh tahun dibawah sistem apartheid di Afrika Selatan. Kemudian dia dengan rendah hati tanpa kebencian serta perasaan balas dendam menerapkan budaya hidup berdampingan dengan damai untuk semua ras, semua golongan dan semua warna kulit.
Camkanlah bagaimana Mohandas Gandhi memerdekakan India dari jajahan Inggris dengan kesabaran dan kerendahan hati. Ia menulis untuk semua orang bahwa “Pencari kebenaran harus lebih rendah hati dari pada debu. Dunia menginjak debu di bawah kakinya, tetapi pencari kebenaran harus sangat rendah hati sehingga debu pun bisa menginjaknya. Hanya dengan demikian, dan hanya hingga terjadi demikian, kita akan memiliki sekilas kebenaran.”
Renungkanlah wahai orang yang sombong; Agar tetap hidup saja, peran manusia cukup menarik nafas. Udara yang dihirup, GRATIS. Itu sudah otomatis sejak manusia dilahirkan. Nafas adalah fitrah pemberian Tuhan bukan buatan manusia. Kehidupan manusia adalah anugerah dari Allah Yang Mahaagung, kapanpun DIA dapat mengambilnya. Lansia mati, balita mati. Konglomerat wafat, fakir miskin wafat. Di medan perang tewas, di atas kasur empuk pun tewas. Tak usahlah tinggi hati.
( Bersambung )
(rbs/riaumag.com)