Riaumag.com, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang merupakan perusahaan monopoli listrik bakal kesulitan mengganti pembangkit listrik berwawasan lingkungan.
Pasalnya, investasi hijau memerlukan biaya yang luar biasa fantastis. Untuk perubahan iklim saja, Indonesia memerlukan biaya hingga Rp 3.461 triliun hingga tahun 2030.
“Transisi ini tidak mudah, bagi PLN terutama sebagai perusahaan monopoli di bidang kelistrikan di Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam webinar, Jumat (11/6/2021).
Sri Mulyani menuturkan, transisi semakin sulit lantaran pemerintah menargetkan porsi energi terbarukan (renewable energy) mencapai 23 persen pada tahun 2025.
Namun transisi itu tetap harus dilakukan karena Indonesia merupakan salah satu negara emerging. Jumlah penduduknya yang besar membuat konsumsi listrik meningkat terus-menerus.
Dengan begitu, kebutuhan membangun power plant jadi tak terelakkan. Akibatnya bisa memunculkan emisi karbon. Dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon sebesar 28 persen atau 41 persen.
Jadi bagaimana kita bisa meningkatkan konsumsi energi tanpa meningkatkan emisi karbon, itu hanya terjadi apabila pembangkit listrik makin beralih pada renewable,” beber Sri Mulyani.
Lebih lanjut, membangun pembangkit listrik berwawasan lingkungan akan mengurangi kelebihan kapasitas tak terpakai yang terjadi saat krisis, termasuk pandemi Covid-19.
Saat pandemi, konsumsi listrik masyarakat sempat menurun sehingga terjadi exceed capacity listrik PLN.
“Itu merupakan komitmen yang memiliki konsekuensi keuangan luar biasa bagi PLN. Apalagi kalo kita lihat hari ini saat kondisi covid di mana demand terhadap listrik menurun sehingga menyebabkan terjadi exit capacity dari yang sudah dibangun PLN, di mana porsi non-renewable masih sangat dominan,” pungkas Sri Mulyani.
Sumber : Kompas