Internasionalisasi Muhammadiyah terus dikembangkan
RIAUMAG.COM , JAKARTA —– Ustadz Adi Hidayat (UAH) resmi menjadi Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ulama muda Muhammadiyah ini membantu Kiai Fathurrahman Kamal yang menjadi Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Dadang Kahmad, menyampaikan, benar Ustaz Adi Hidayat diminta kesediaannya untuk ikut secara formal dalam struktural Muhammadiyah. Ustaz Adi Hidayat bersedia ditempatkan di Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di bagian dakwah internasional.
“Beliau (Ustaz Adi Hidayat) seorang kader Muhammadiyah sejak di keluarga, sekolah maupun di kehidupan sekarang,” kata Prof Dadang kepada Republika, Selasa (28/2/2023).
Dengan bergabungnya Ustadz Adi Hidayat secara formal dalam struktural Muhammadiyah, Prof Dadang berharap dakwah Muhammadiyah bisa lebih bergema lagi, tidak hanya di Nusantara tapi juga ke semesta atau ke seluruh dunia. Karena tema dari Muktamar di Solo adalah “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta.
“Beliau menjelaskan, internasionalisasi Muhammadiyah sedang terus dikembangkan. Sehingga nantinya bisa membuka perwakilan-perwakilan lebih banyak lagi dari sekarang. Serta menambah amal usaha Muhammadiyah di luar negeri seperti yang sudah ada di Malaysia, Australia, Mesir, dan Libanon.
Prof Dadang berharap Muhammadiyah bisa lebih mendunia lagi. Karena Ustaz Adi Hidayat bisa lebih diterima di berbagai kalangan.
Pada Oktober 2022, Ustaz Adi Hidayat memberikan tausiyah dalam acara Tabligh Akbar Semarak Muktamar 48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Di akhir tausiyahnya, UAH menyampaikan bahwa dirinya siap dipanggil Muhammadiyah jika diperlukan.
“Siap untuk dipanggil kapan saja jika Muhammadiyah memang menginginkan anaknya untuk berada di lingkungannya, harus siap,” kata Ustaz Adi Hidayat dalam acara Tabligh Akbar Semarak Muktamar 48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah di UMS, Sabtu (8/10/2022).
Ustadz Adi Hidayat menegaskan, kader Muhammadiyah itu kalau dipanggil negara harus siap. Kalau dipanggil bangsa harus siap, apalagi jika dipanggil Muhammadiyah maka harus siap. Kapan saja dibutuhkan dan kapan saja diperlukan harus siap.
“Kalau bisa jangan anaknya (Ortom Muhammadiyah) yang minta, bapaknya (Pimpinan Muhammadiyah minta) siap Insya Allah kami datang,” ujarnya.