Riaumag.com , Bandung
Kampung halaman memang susah dilupakan. Kemanapun kita merantau, akan selalu ingat untuk segera mudik dan kembali pulang. Banyak cerita yang akan dibagi, serta berbagai oleh-oleh yang akan di beri, untuk menunjukkan hasil merantau selama ini.
Mudik adalah salah satu reuni terbesar dalam sejarah, jutaan manusia bergerak bersama dalam 2 keadaan:
1) Bagi yang siap bekal akan sangat ingin bersegera pulang ke kampung halaman. 2) Bagi yang merasa masih kurang bekal bisa jadi akan berusaha menunda atau memperlambat kepulangan.
Namun percayalah, mudik di dunia saat ini barulah simulasi. Karena mudik yang sesungguhnya adalah saat nanti kita kembali menghadapNya, menuju akhirat sebagai kampung halaman tempat kita kembali dari perantauan dunia.
Rasulullah mengingatkan:
“Hiduplah kalian di dunia seakan-akan seperti orang asing, atau seperti seorang pengembara.”
Mudik saat ini bisa jadi memberikan gambaran mudik sesungguhnya. Dimana, kita pun akan mempersiapkan cerita amal kebaikan saat nanti kembali ke kampung halaman. Bekal terbaik mutlak di persiapkan, karena mudik yang sesungguhnya adalah perjalanan yang begitu panjang.
Jika sudah cukup perbekalan, maka tak khawatir untuk segera kembali pulang. Namun, apabila dirasa masih kurang perbekalan, maka bisa jadi inilah yang menyebabkan kita menunda kepulangan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (al-Hasyr, 59:18)
Semoga simulasi mudik saat ini, memberikan pengingat terbaik untuk mempersiapkan mudik saat nanti. Perjalanan pulang yang akan demikian panjang.
Sehingga bukan hanya berhati-hati dijalan, namun pastikan kita cukup perbekalan.
–@am.nasrulloh–
*Didedikasikan untuk program 10 hari terakhir Ramadhan, BEN Foundation
(for-riaumag.com)