Riaumag.com , Jakarta –Sebuah laporan menyatakan adanya gangguan dari penjaga pantai Tiongkok ke pengeboran lepas pantai milik Indonesia di Natuna. Sebuah kapal penjaga pantai menggangu kerja pengeboran Harbour Energy yang sedang berlangsung di Blok Tuna.
Laporan yang dikeluarkan oleh Energy Voice pada Jumat 20 Agustus 2021 itu, menyebutkan secara signifikan, pengeboran penilaian didanai oleh Zarubezhneft milik Rusia.
“Insiden tersebut menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Laut China Selatan semakin terancam oleh Tiongkok,” sebut Energy Voice.
Sebuah kapal Tiongkok telah ikut campur dengan kampanye pengeboran Harbour Energy yang sedang berlangsung di blok Tuna di lepas pantai Laut Natuna Indonesia. Secara signifikan, pengeboran penilaian didanai oleh Zarubezhneft yang didukung negara Rusia dan insiden tersebut menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Laut China Selatan semakin terancam oleh Tiongkok.
SKK Migas pada Oktober 2020 lalu mengatakan, Zarubezhneft melalui anak perusahaannya ZN Asia LTd, masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi 50 persen partisipasi Interes Premier Oil di Kontrak Bagi Hasil (KBH) blok Tuna Kepulauan Natuna. Pada 22 Oktober 2020, secara daring (online) Premier Oil memperkenalkan jajaran direksi ZN Asia Ltd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan masuknya investor BUMN Rusia ke Indonesia menunjukkan bahwa iklim investasi di bidang usaha hulu migas di Indonesia masih menarik dan prospektif.
“Meskipun secara global terjadi penurunan investasi rata-rata sekitar 30 persen karena wabah covid-19 yang menyebabkan turunnya konsumsi migas. Kita patut bersyukur, investasi di Indonesia relatif lebih baik dengan penurunan investasi di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 18 persen,” sebut Dwi, dikutip dari laman SKK Migas.
“SKK Migas memberikan apresiasi kepada Premier Oil yang berhasil menggandeng patner dari Rusia ini. Langkah ini akan semakin memperkecil resiko investasi dan meningkatkan keberhasilan pengelolaan blok Lapangan Tuna melalui sinergi dan kolaborasi keunggulan masing-masing pihak dalam mengelola blok lapangan Tuna,” imbuh Dwi.
Menurut Dwi, selain aspek ekonomi, lapangan blok Tuna memiliki peran yang strategis secara geopolitik, karena letaknya berbatasan dengan Vietnam dan berada dekat dengan laut China Selatan yang saat ini menjadi fokus geopolitik berbagai negara.
“Beroperasinya blok Tuna akan semakin memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut,” pungkas Kepala SKK Migas itu.
Blok Tuna adalah wilayah Kerja migas di lepas pantai Indonesia yang terletak di Laut Natuna di sebelah perbatasan Vietnam dengan kedalaman air sekitar 110 meter. KBH Tuna ditandatangani dan berlaku sejak 21 Maret 2007. Premier Oil sebagai operator saat ini memegang 100 persen partisipasi interes di wilayah kerja tersebut.
KBH Tuna telah melakukan kegiatan akuisisi seismik 2D dan 3D, pengeboran empat (4) sumur eksplorasi; Gajah Laut Utara-1 dan Belut Laut-1 pada tahun 2011 dan Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 pada tahun 2014. Sehingga semua komitmen eksplorasi telah terpenuhi.
Penemuan hidrokarbon di sumur Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 yang secara struktur berada bersebelahan, kemudian diberi nama lapangan Tuna, dengan sumber daya sebesar 104 mmboe (2P) didominasi gas yang tinggi kandungan kondensat dengan kandungan CO2 kurang dari 2 persen.
sumber : medcom.id