Menteri Pertanian Amran Sulaiman: “Negara-Negara Eksportir Tidak Bahagia karena Indonesia Tak Impor Beras”
Jakarta, 25 November 2025 — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan kembali kebijakan tegas Indonesia untuk tidak mengimpor beras sampai akhir 2025, menyebut strategi itu sebagai wujud kedaulatan pangan sekaligus menjaga stabilitas harga domestik.
Menurut Amran, kebijakan ini ternyata memicu “kekecewaan” di negara-negara eksportir beras besar seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Pakistan, dan India — negara-negara yang selama ini menjadi pemasok beras bagi Indonesia. Ia menyatakan bahwa beberapa pemimpin negara-negara tersebut bahkan telah meminta agar ekspor beras ke Indonesia dapat dilanjutkan, “meskipun dalam jumlah kecil.”
Alasan Kebijakan “Tidak Impor”
Mentan Amran menjelaskan beberapa faktor di balik keputusan ini:
- Stok Beras Dalam Negeri Melimpah
Indonesia saat ini memiliki cadangan beras yang sangat besar — sekitar 4 juta ton, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. - Produksi Nasional Meningkat Tajam
Proyeksi produksi tahun 2025 diperkirakan mencapai 34–35 juta ton, sehingga pemerintah menilai bahwa pasokan lokal cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. - Menolak Tekanan Eksternal
Amran mengungkapkan bahwa ada “tekanan dari negara-negara eksportir” agar Indonesia terus melakukan impor. Namun, ia menyatakan bahwa kedaulatan pangan lebih penting daripada keuntungan jangka pendek dari impor. - Penegakan Kebijakan yang Tegas
Penemuan 250 ton beras ilegal yang masuk melalui Sabang, diduga dari Thailand dan Vietnam, memperkuat komitmen pemerintah untuk menghentikan impor ilegal. - Kenaikan Kesejahteraan Petani
Kebijakan ini disebut Amran berdampak positif bagi petani Indonesia. Nilai Tukar Petani (NTP) melonjak tinggi, mencerminkan kenaikan kesejahteraan petani lokal.
Dampak Global: Eksportir Merugi?
Amran tidak menampik bahwa kebijakan ini menimbulkan tekanan diplomatik. Ia menyebut bahwa global rice price (harga beras dunia) turun setelah Indonesia menahan impor, terutama karena negara eksportir besar kehilangan salah satu pasar utama.
Beberapa poin implikasi global:
- Untuk Thailand dan Vietnam, yang selama ini menjadi salah satu eksportir utama beras ke Indonesia, kehilangan pasar Indonesia dianggap sebagai kerugian strategis.
- India dan Pakistan, meskipun juga eksportir besar, menghadapi persaingan dan menuntut adanya pembukaan kembali aliran ekspor secara konsisten.
- Negara-negara eksportir besar ini kemungkinan akan mencari pembeli alternatif atau menekan Indonesia secara diplomatik untuk membuka kembali jalur perdagangan beras.
Reaksi: Fakta atau “Klaim Politik”?
Beberapa pengamat menyatakan bahwa pernyataan Amran bisa jadi diplomasikan sebagai “klaim politik” untuk menunjukkan kekuatan dan kedaulatan pangan Indonesia. Di sisi lain, tidak dapat disangkal bahwa hilangnya pasar impor besar seperti Indonesia dapat berdampak nyata pada volume ekspor dan keuntungan negara-negara eksportir beras.
Sementara itu, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kebijakan non-impor tersebut bukan semata protektif, tetapi bagian dari strategi jangka panjang untuk swasembada dan kedaulatan pangan. Amran menambahkan bahwa memperbolehkan impor beras dalam kondisi nasional sudah sangat tidak diperlukan dan bahkan bisa menurunkan harga lokal atau merugikan petani Indonesia.
































