Industri pariwisata domestik akan pulih lebih cepat jika jumlah festival, pameran, kegiatan pertemuan, dan konferensi diperbanyak.
RIAUMAG.COM — Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan pergerakan wisatawan Nusantara semakin pulih
pascapandemi COVID-19.
Pemulihan bisa semakin optimal dirasakan industri pariwisata jika diikuti dengan memperbanyak pameran, kegiatan pertemuan,festival, dan konferensi.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2023, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 1,06 juta kunjungan.
Jumlah ini naik 11,44 persen dibandingkan Mei 2023 dan naik 119,64 persen secara tahunan.
Wisman yang berkunjung ke Indonesia pada Juni 2023 didominasi warga negara Singapura (16,41 persen), Malaysia (15,88 persen), dan Australia (12,47 persen).
Sementara sepanjang Januari-Juni 2023, jumlah kunjungan wisman mencapai 5,18 juta
kunjungan atau setara 88,12 persen dari total kunjungan wisman tahun 2022.
Negara asal wisman yang mendominasi
kunjungan periode ini adalah Malaysia (16,9 persen), Singapura (12,9 persen), dan Aus-tralia ( 12,3 persen).
Pada semester I-2023, data BPS juga menyebutkan, perjalanan wisatawan Nusantara (wisnus) mencapai 433,57 juta
perjalanan. Jumlah ini naik 12,57 persen ketimbang semester I-2022.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf ) menargetkan, kunjungan wisman pada 2023 sebanyak 8,5 juta kun-
jungan dan pergerakan wisnus 1,4-1,8 miliar pergerakan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia / Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Budijanto Ardiansyah, Ahad
(27/8/2023), di Jakarta, mengatakan, jika melihat pencapaian kunjungan wisman sesuai rilis BPS Januari-Juni 2023, target
8,5 juta kunjungan bukan angka yang sulit untuk dicapai.
Beberapa daerah tujuan wisata, terutama Bali, kini sedang memperoleh kedatangan wisman yang tinggi.
”Sekarang, tinggal bagaimana caranya membuat lebih banyak pameran, festival, event , dan membuka penerbangan langsung sebanyak mungkin untuk mengundang wisman masuk,” ujar Budijanto.
Terkait dengan pergerakan wisnus, Budijanto mengatakan, angka pertumbuhan pergerakan wisnus dari dulu selalu menjadi andalan industri pariwisata nasional.
Saat pandemi COVIF-19 pun, wisnus menjadi andalan. Oleh karena itu, pergerakan wisnus
harus dijaga.
”Kendalanya, harga tiket pesawat domestik masih tinggi. Pekerjaan rumah pemerintah
ini semestinya segera dicarikan solusi,” katanya.
Chairman Pacific Asia Travel Association (PATA) Indonesia Chapter, Setyono Djuandi Darmono, menambahkan, sejumlah wisman yang datang belakangan termasuk wisatawan
bisnis.
Indonesia dinilai masih menarik sebagai tujuan investasi di tengah kondisi pelam-
batan perekonomian global.
Fenomena seperti itu, menurut beliau, perlu dioptimalkan. Hanya, Indonesia perlu menyi-
apkan sarana-prasarana, mulai dari pemandu hingga kebersihan toilet duduk.
Fasilitas yang menunjang turis untuk belanja
sesuai selera mereka juga harus
disiapkan.
”Beberapa rombongan wisman yang datang ke DKI Jakarta dan sekitarnya, misalnya,
merupakan turis bisnis. Di sana, mereka senang karena fasilitas hotel, restoran, dan kawasan industrinya lengkap. Mereka juga mau diajak berkunjung ke Tanjung Lesung, Morotai, dan Kendal, lalu di sana mereka
ditawari untuk berinvestasi,” kata Setyono yang juga pendiri PT Banten West Java Tourism Development Corporation.
Setyono menambahkan, kebijakan visa akan memengaruhi minat wisman untuk datang.
Beliau berharap agar pemerintah membuat skema kebijakan visa yang tepat sasaran kepada negara yang benar-benar pasar
yang menguntungkan bagi Indonesia.
Strategi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia
Mohammad Faisal menyampaikan, tahun lalu, kunjungan wisman bisa lebih dari 5 juta karena terbantu oleh penyelenggaraan G20.
Untuk memenuhi target kunjungan wisman tahun 2023, pemerintah dan pelaku industri
pariwisata nasional perlu mempertimbangkan tren pasar.
”Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang mengandalkan pariwisata untuk per-
tumbuhan ekonomi. Maka, event yang berskala cukup besar perlu dibuat supaya bisa menarik turis. Pembuatan acara juga semestinya tidak di daerah tujuan wisata itu-itu saja,” tuturnya .
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini sebelumnya mengatakan, sudah terdapat sejumlah Pameran Perjalanan wisata (Travel Fair) yang diadakan oleh asosiasi kepariwisataan untuk
mempromosikan kawasan wisata.
Bahkan, ada juga Travel Fair yang diselenggarakan swasta/korporat, misalnya Kompas Travel Fair pada 1-3 September
mendatang di ICE BSD, Tangerang, Banten. (MED)
Sumber : Koran KOMPAS, S E N I N , 28 AG U ST U S 2023 halaman 9 Kolom Ekonomi & Bisnis