Riaumag.com , Bandung
Untuk taat dan menjalankan beragam kebaikan tentu berat. Ada hambatan berat yang bisa lahir dari kemalasan dan persepsi internal diri, ataupun karena godaan serta pengaruh dari luar diri.
Untuk jujur itu berat,
Untuk komitmen berat,
Untuk tetap menjaga silaturahim itu berat,
Untuk ikhlas itu berat,
Untuk disiplin berbuat kebaikan juga berat.
Taat memang berat.
Jangankan untuk menjalankan, untuk menerima perintah taat saja perlu berpikir sangat berat dan ekstra pertimbangan.
Padahal, contoh para Nabi dan shalihin sepertinya memiliki kesamaan. Yaitu mereka begitu responsif saat menerima perintah untuk taat dan ‘seolah’ begitu mudah menerima perintah dari Rabb sekalian alam. (Walaupun bisa jadi perintah itu pada awalnya tidak dimengerti oleh pandangan manusia).
Salah satu kuncinya?
Ternyata untuk taat perlu “prasangka baik” kepada Allah.
Saat diperintahkan taat, iman meyakini, pikiran berprasangka baik dan akhirnya dilaksanakan dalam seluruh perilaku kehidupan.
Dengan prasangka baik itulah kita akan dimudahkan untuk taat sekaligus bisa menjadi jalan kita mendapatkan kebaikan. Sebaliknya, jika hadir prasangka buruk bisa menjadi jalan mendapatkan keburukan.
Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Allah berfirman
“Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.”
(H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).
Mungkin kita bisa mulai berlatih. Saat ada perintah taat, maka persepsi kita berusaha langsung memutuskan : PASTI BAIK akibatnya, PASTI BAIK hasilnya, PASTI DITOLONG pada prosesnya.
Semoga prasangka baik selalu hadir dalam taat kita. Sehingga kita dimudahkan untuk menjalankan amal kebaikan sekaligus di bimbingNya untuk selalu mendapatkan kebaikan.
امين اللهم امين
–𝗔. 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗸 𝗡𝗮𝘀𝗿𝘂𝗹𝗹𝗼𝗵, 𝗠𝗠.]]–
𝗔. 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗸 𝗡𝗮𝘀𝗿𝘂𝗹𝗹𝗼𝗵, 𝗠𝗠.]]
𝗔. 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗸 𝗡𝗮𝘀𝗿𝘂𝗹𝗹𝗼𝗵, 𝗠𝗠.]]
(for-riaumag.com)