RIAUMAG.COM —— – Pernyataan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang yang viral diduga mengancam ingin membunuh warga Muhammadiyah membuat geger publik. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pun merespons.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir meminta warga Muhammadiyah agar tetap tenang dan tak terpancing dengan pernyataan oknum yang menyinggung perbedaan pelaksanaan Idul Fitri 2023.
“Warga Muhammadiyah agar tetap bijak, dewasa, dan tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan Idul Fitri 1444 H,” kata Haedar, dalam keterangannya Senin, 24 April 20023.
Haedar menyampaikan, Muhammadiyah sudah kenyang dengan perlakukan negatif atau buruk sepanjang perjalanan sejarahnya hingga saat ini. Dia menceritakan peristiwa yang pernah dialami tokoh pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan.
“Dulu ketika Kiai Ahmad Dahlan mempelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman,” jelasnya.
Komentar viral peneliti BRIN yang mengancam membunuh warga Muhammadiyah. Photo : Tangkapan layar Twitter
Baca Juga: Peneliti BRIN yang Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah Minta Maaf, Begini Pengakuannya
Bagi dia, sikap Andi hanya mungkin merasa benar sendiri atau bersikap kerdil yang tak sejalan dengan akhlak Islam.
“Kini perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu. Mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” ujarnya.
Haedar menuturkan, pihaknya mengajak kepada pihak yang tak sejalan dengan pandangan keislaman Muhammadiyah untuk mengedepankan akal sehat. Menurut dia, akal sehat itu dengan sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama serta berilmu.
“Bila di negeri ini para petinggi negeri selama ini begitu gencar menyuarakan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa serta ajakan jangan radikal dan intoleran. Maka Muhammadiyah hanya ingin bukti apakah hal tersebut dipraktikkan secara autentik dan nyata,” jelasnya.
Beliau menyinggung toleransi dalam beragama jangan hanya sekadar retorika dan sepihak. Ia pun mengibaratkan seperti pepatah ‘kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak’.
“Bukan hanya ditujukan kepada pihak lain, tetapi di lingkungan sendiri-sendiri agar tidak sekadar retorika dan sepihak seperti pepatah ‘Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak’ atau pepatah lain Tiba di mulut dimuntahkan. Sampai di perut dikempiskan,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Haedar menuturkan Muhammadiyah secara organisasi akan tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan Idul Fitri. Menurut dia, hal tersebut sudah biasa dan terbiasa.
Haedar ingin warga Muhammadiyah bisa bersikap dewasa dan mengedepankan pemikiran yang beradab.
“Diimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa. Tunjukkan bahwa warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata,” jelasnya.
Meski demikian, Haedar mengatakan bila dari pernyataan-pernyataan buruk tersebut sudah melewati batas, maka dapat masuk ke ranah hukum.
“Tentu jalan hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan, sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa,” tuturnya.
“Sekali lagi warga Muhammadiyah agar tetap mengedepankan pemikiran dan sikap luhur, serta tidak mengambil langkah sendiri-sendiri,” kata beliau.