Catatan Raja Juli Antoni
Ayah saya seorang guru. Berkarir sebagai guru honorer di sebuah SMP swasta sambil mengambil kuliah S1 di bidang pendidikan. Setelah mendapat gelar doktorandus (Drs.) ayah akhirnya diangkat menjadi PNS. Sampai akhir hayatnya ayah adalah guru yang mendedikasikan dirinya kepada dunia pendidikan.
Tapi saya tidak sedang menceritakan ayah sebagai seorang guru di bidang pendidikan formal. Lebih dari itu, Ayah bagi saya adalah guru kehidupan yang mengajarkan kepada saya bahwa tidak ada tembok tebal yang memisahkan jenis pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
Meskipun ayah bekerja di “sektor publik”” dan ibu di “sektor domestik” tapi ayah sangat terlibat dalam urusan pekerjaan rumah yang bagi kebanyakan orang adalah pekerjaan perempuan.
Sebagai guru apalagi honorer, tentu saja ayah tidak mampu membayar asisten rumah tangga. Ayah-ibu berbagi peran membereskan urusan domestik berdua termasuk mendistribusikan beberapa pekerjaan kepada kami anak-anak mereka sesuai usia dan kemampuan fisik kami.
Saya masih merekam dengan baik di memori saya ketika ayah mengambil peran menjadi “tukang setrika”. Zaman itu “rumah dinas” ayah sebagai guru belum dialiri listrik. Jadi tidak ada setrika listrik seperti yang kita jumpai sekarang ini.
Di pesantren saya sempat mencoba setrikaan arang ini. Sungguh susah cara kerjanya. Panas bukan main. Sampai akhirnya ada kawan yang membawa setrika listrik ke asrama. Saya mengantri untuk dapat giliran. Beruntung kalau dapat gilaran. Bila tidak baju cukup dilipat rapih terus simpan di bawah kasur sebelum tidur. Besok baju itu, alhamdulillah, rada rapi dan tidak terlalu keriting😁
Dari ayah sang guru, Alhamdulillah, saya dapat mewarisi perobohan demarkasi jenis pekerjaan berdasarkan gender itu. Meski istri saya sangat cekatan dalam urusan domestik dan alhamdulillah di rumah ada mbak dan teteh yang membantu kami, saya masih terlibat dalam urusan domestik termasuk menyetrika baju, tentu saja tidak pakai setrika arang lagi.😊
Hari saya rindu ayah. Ayah bagi saya adalah Sang Guru kehidupan. Saya hanya ingin sekedar berbagi pengalaman kepada para calon ayah, supaya lebih berhati dan berwawasan luas. Juga, kepada para calon ibu untuk lebih selektif memilih calon suami apakah sudah lempeng perspektif gendernya.😊
Sebesar dan seprogresif apapun sebuah ide, pada akhirnya, mesti di mulai dari diri sendiri. Dari rumah sendiri.
Happy Father’s Day, Ayah!