Dua minggu sudah di bulan syawwal….
Apa kabar wahai iman?
Masihkah bergetar kencang dengan bacaan al Quran?
Masihkah empati melihat saudara yang dilanda kesulitan?
Masihkah setia menyisihkan sedekah dari kekayaan?
Masihkah rela bangun malam utk shalat dan baca ayat al Quran?
Masihkah berkenan lapar dengan shaum seharian?
Atau bergejolakkah jiwa jika mendengar saudara seiman dihinakan?
Jika pun iya…
Apakah itu respon iman atau perasaan?
Saudaraku,
kita telah banyak diingatkan.
Masih ingatkah bagaimana respon iman kita mendengar diujung sana ada saudara kita yang masih kesulitan?
Bisa jadi itu cara Allah mengingatkan.
Menyentil iman kita bersikap, bukan hanya karena perasaan.
Karena kadang kita hanya emosi mendengar rumah Allah dihinakan,
Tapi tak pula menggerakkan diri utk memakmurkan mesjid yang ada di sekitar.
Kadang kita hanya emosi mendengar ada Al-Quran di hinakan, tapi tak juga menggerakkan diri untuk mengamalkan isinya dalam kehidupan.
Kadang kita cuma iba dan marah melihat saudara seiman tak nyaman beribadah, tapi tak bersyukur dengan semakin rajin ibadah, padahal kondisi kita aman.
Mungkin masih ada iman yang tersulut…
Namun kadang tak sampai membakar amal kita untuk semakin banyak berbuat kebajikan.
Ya inilah caraNya mengingatkan…
Agar kita semakin menghargai amal atas dasar iman bukan hanya atas dasar perasaan.
Rabbana,
“Perkuatlah respon iman kami untuk beramal, bukan sekedar karena perasaan yang kadang menyamarkan”.
Aamiin…
–@am.nasrulloh–
(for-riaumag.com)