Riaumag.com —-Muhammadiyah Australia College (MAC) berangkat dari sekian keterbatasan. Siapa menyangka perjalanan berdirinya sekolah Muhammadiyah pertama di Australia itu bakal terwujud?
Di awal ikhtiar pendiriannya, Muhammadiyah Australia College bukan hanya kesulitan modal finansial untuk pembebasan lahan, tetapi juga sempat mengalami penolakan dari warga setempat hingga harus bersabar lama ketika Pemerintah Australia melakukan proses seleksi yang sangat ketat.
Lalu bagaimanakah Muhammadiyah Australia College melalui semua ujian itu hingga pada akhirnya mampu berdiri secara legal?Menghadapi Ujian dengan Cita-Cita, Iman, dan Takwa
“Bermimpi setinggi-tingginya dan kita pasti bisa. Setiap langkah yang kita ambil, setiap kesulitan itu adalah kesempatan untuk belajar dan juga untuk memperbaiki diri untuk lebih baik lagi. Jadi tantangan itu sebetulnya bukan halangan, tapi kesempatan untuk belajar,” ungkap Muhammad Edwards, Kepala Sekolah Muhammadiyah Australia College.
Materi Terkait Merengkuh Nikmat Sehat Psikologis di Hari IdulfitriAsal Usul Amil Zakat Modern di Indonesia, Peran Muhammadiyah Ramadhan dan Idul Ftri Jalan Kebajikan Utama Dalam forum UMKTalks, Jumat (18/2)
Edwards menuturkan bahwa ide pendirian Muhammadiyah Australia College disampaikan pertama kali ketika Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia menjamu kunjungan PP Muhammadiyah ke Melbourne antara tahun 2012-2013. PP Muhammadiyah saat itu diwakili oleh Haedar Nashir, Dahlan Rais, Muhadjir Effendy, dan Zamroni.
“Kita gulirkan ide (pendirian Muhammadiyah Australia College) PCIM ini dan disambut dengan baik. Kebetulan banyak dari Sumber Daya Manusia Muhammadiyah waktu itu di Australia,” kata Edwards. Dirinya bahkan terbang ke Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015 untuk menagih dukungan lebih dari PP.
Tanpa memiliki uang yang cukup, PCIM Australia mulai mencari lahan dari tahun 2015 dan baru menemukan lahan yang cocok seluas 10 Hektare di Narre Warren pada 2017. Tanah yang semula dijual seharga 2.200.000 Dollar Australia itu berhasil ditawar menjadi 1.800.000 Dollar.
Namun PCIM Australia tidak memiliki dana cukup.Setelah itu, PP Muhammadiyah melunasi semua pembayaran tanah.PCIM Australia lalu mengurus dua perizinan yang sangat ketat dan rinci untuk bangunan sekolah dan untuk operasional sekolah ke pemerintah Australia.
Apa daya setelah izin diperoleh, ganjalan datang dari Council setempat yang enggan memberikan izin karena adanya penolakan dari masyarakat.
“Kita mau mendirikan di lokasi pertama itu penolakannya sangat keras sekali karena kita mau mendirikan institusi Islam, ada nama Islam, ada nama Muhammadiyah di situ. Kebetulan Council itu agak ke luar (dari kota),” kata Edwards.
Dari Narre Warren Ke MeltonGagalnya pendirian Muhammadiyah Australia College di Narre Warren tak dipungkiri Edwards membuat PCIM Australia merasa malu kepada PP Muhammadiyah karena khawatir dianggap melalaikan kepercayaan.
Namun, tim inti pendirian Muhammadiyah Australia College yang berjumlah 7 orang itu tetap bekerja keras, hingga pada tahun 2020 menemukan sebuah bangunan utuh seharga 3,7 juta dollar Australia yang dijual di Melton, 91 Km dari Narre Warren.“Akhirnya kita minta ijin ke PP dan diijinkan membelinya,” syukur Edwards.
Dirinya juga menilai prospek Muhammadiyah Australia College di Melton lebih baik ketimbang di Narre Warren.
Selain karena masyarakat kota yang lebih toleran terhadap perbedaan, kaum muslim di Melton juga lebih banyak. Masyarakat Melton sendiri kini juga telah jauh berbeda dengan keadaan lima tahun lalu.
“Melton ini unik. Kalau kita lihat lima tahun yang lalu, orang-orangnya masih kampungan, pemabuk, rasis, lima tahun lalu juga berdiri sekolah Islam di sini namanya Al-Iman dan menarik orang-orang Islam di sini. Banyak tantangan dan gangguan dari masyarakat, termasuk vandalisme,” ungkap Edwards.
Mengurus Perizinan Dari Pemerintah
Setelah memperoleh tempat baru di Melton, PCIM Australia mulai mengurus izin pada akhir tahun 2020-2021 yang dinilainya lebih sulit. Pemerintah Australia menurut Edwards memperhatikan detil dari sisi akuntabilitas, finansial, tujuan, kurikulum hingga keselamatan anak didik.“Kita bikin dokumen student school policy setebal setengah meter dan diteliti kata per kata,” ungkapnya.
Untuk kurikulum, Muhammadiyah Australia College bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta, digabungkan dengan Victorian Curriculum.
“Jangan bayangkan yang kerja adalah saya sendiri. ini ada Ustaz Hamim, Bang Teungku dari Aceh, Anita dan Wahyu dari Palembang, Pak Dahlan. Kita bertemu muka sekali sepekan wajib. Bahkan meeting dalam seminggu bisa 3-4 kali. Karena semua dokumen itu harus sempurna. Satu kata saja salah bisa jadi sandungan,” imbuhnya.
Setelah mendapat izin operasional dari Pemerintah Australia pada 21 Desember 2021, kini Muhammadiyah Australia College memiliki 36 murid angkatan pertama. 20 persen di antaranya adalah anak-anak keturunan Indonesia.Sebagai sekolah yang mengutamakan pengamalan akhlakul karimah, Muhammadiyah Australia College, kata Edwards diapresiasi orangtua siswa karena mereka mendapati perubahan positif pada anak-anaknya.
Dirinya juga bersyukur corak dakwah Muhammadiyah yang universal dan tidak memuat kebudayaan tertentu pada akhirnya mampu membuat Muhammadiyah diterima oleh masyarakat dari berbagai bangsa.
“Kita dengan Muhammadiyah Australia College ini ingin bisa jadi transfer of knowledge, dan transfer of system untuk memperbaiki sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Apa yang baik di sini, bisa kita transfer di Indonesia. Mungkin kita bisa mulai dengan PTM-PTM atau sekolah-sekolah Muhammadiyah dulu,” kata Edwards.
Putra kelahiran Padang Panjang yang telah tinggal selama 26 tahun di Australia ini lalu mengajak seluruh pegiat Muhammadiyah untuk terus bermimpi tinggi dan berusaha mewujudkannya.
Berkaca dari berdirinya MAC, Edwards menilai Muhammadiyah memiliki sistem pendukung yang luar biasa.“Kita ini memiliki organisasi yang kekayaannya luar biasa sekali. Kalau kita benar, insyaallah kita didukung. Maka jangan hanya sekadar mimpi yang rendah-rendah saja.
Gunakan potensi kita ini, kesempatan ini, lingkungan ini, Persyarikatan kita ini untuk mebuat kontribusi-kontribusi yang besar untuk umat dan masyarakat luas,” pungkasnya