RIAUMAG.COM ———Tanggal 8 bulan Juni ini majalah Forbes kembali meluncurkan daftar 2000 perusahaan terbesar dunia. Kriterianya ada 4: laba, omzet, aset dan nilai pasar. Laba adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya perusahaan. Omzet alias pendapatan adalah total nilai uang yang diperoleh sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Aset adalah uang atau apapun yang bernilai uang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Nilai pasar adalah nilai uang seluruh saham perusahaan berdasarkan transaksi terakhir di lantai bursa.
Forbes mengurutkan perusahaan-perusahaan di lantai bursa berbagai negara dan memilih 2000 urutan teratas. Hasilnya, rangking pertamanya adalah JP Morgan Chase, sebuah bank investasi dari USA yang akar sejarahnya mulai hadir di muka bumi sejak tahun 1799. Perusahaan yang merupakan hasil merger dan akuisisi lebih dari 1200 perusahaan ini memiliki aset USD 3,744 triliun alias Rp 55 ribu triliun lebih. Nilai pasarnya USD 399,59 miliar alias Rp 5 844 triliun lebih.
Sebesar apa peran perusahaan-perusahaan dalam daftar Forbes itu pada ekonomi dunia? Gabungan omzet dari 2000 perusahan tersebut adalah USD 50,8 triliun alias Rp 748 ribu triliun. Bandingkan dengan PDB total seluruh negara di dunia yang sekitar USD 101 triliun menurut Word Bank tahun 2022. Jadi 2000 perusahaan itu berkontribusi separuh dari total nilai barang dan jasa yang diproduksi umat manusia dan perusahaan dari berbagai negara. Bahkan banyak di antara produk-produk itu yang kemudian menjadi penanda sejarah umat manusia. Pesawat terbang, mobil, internet, media sosial, komputer, dan mobil listrik adalah beberapa contohnya.
Nah, begitu besarnya peran perusahaan-perusahaan itu bagi umat manusia. Lalu, bagaimana peran republik ini dalam konstelasi itu? Beruntung Forbes mengidentifikasi negara asal-usul perusahaan-perusahaan itu. Ada 8 perusahaan asal RI yang masuk daftar itu. Bank BRI pada urutan teratas dengan omzet USD 13,16 miliar, laba USD 3,45 miliar, aset USD 119,84 miliar dan nilai pasar 53,79 miliar.
Ranking kedua adalah bank Mandiri. Disusul BCA, Telkom, BNI, Bayan Resources, Adaro Energy dan terakhir adalah Garuda. Khusus untuk yang terakhir ini peru ditambahi catatan khusus. Maskapai penerbangan pelat merah ini masuk daftar karena laba yang besar yaitu USD 3,67 miliar. Catatan khususnya adalah bahwa laba ini diperoleh dari pemotongan utang hasil negosiasi restrukturisasi utang dengan para kreditur. Jadi bukan mencerminkan mesin bisnis perusahaan. Justru mencerminkan masalah besar perusahaan. Jadi dari 8 hanya 7 yang benar-benar mencerminkan kontribusi korporasi RI dalam percaturan produksi barang dan jasa global.
Delapan perusahaan dari 2000 perusahaan ranking Forbes. Membanggakan kah? Menggembirakan? Atau justru sebaliknya? Untuk menjawabnya mari kita melihat negara-negara lain. Kita mulai dari negara terdekat yang berbatasan langsung dengan kita. Siapa lagi kalau bukan Singapura. Negeri pulau kecil yang luasnya setara dengan luas wilayah kota Surabaya ini menghadirkan 14 perusahaan. Ranking teratas diduduki oleh bank OCBC. Bank yang hadir di RI melalui akuisisi bank NISP ini beraset USD 417,5 miliar alias hampir 3,5 kali aset bank BRI. OCBC hadir di 54 kota di Indonesia dengan 200 cabang lebih. Sementara BRI hanya hadir dengan satu cabang di negeri berpenduduk 5 juta orang ini.
Mari kita lihat negeri jiran berikutnya: Malaysia. Malaysia hadir dengan 8 perusahaan. Perusahaan urutan teratas dari negeri berpenduduk sekitar 25 juta ini adalah Maybank. Asetnya USD 216,17 miliar. Lebih dari 2x lipat aset BRI. Bank yang masuk ke RI melalui akuisisi Bank BII ini hadir di negeri merah putih dengan 356 cabang lebih. Bandingkan dengan BRI yang bahkan belum punya satu kantor cabang pun di Malaysia. Padahal BRI sudah hadir di muka bumi ini sejak 1895 sementara Maybank baru hadir tahun 1960. Umurnya baru separuh umur BRI.
Jangan bandingkan RI dengan USA yang hadir dengan lebih dari 600 perusahaan. Jangan juga bandingkan dengan RRC yang hadir dengan sekitar 350 perusahaan. Kita memang lebih kecil dalam hal jumlah penduduk dengan kedua raksasa ini. Kita juga kalah usia. Tapi kalau kalah dengan Singapura dan Malaysia, tentu tidak ada alasan pembenar. Kita merdeka lebih dahulu dari keduanya. Jumlah penduduk kita sekitar 10 kali Malaysia. Sekitar 50 kali singapura. Kita merdeka tahun 1945 sementara Malaysia baru merdeka tahun 1957 dan Singapura tahun 1965.
Nah, dalam usia kemerdekaan yang 78 tahun ini, mari kita gunakan kekalahan di atas sebagai pemicu semangat. Bagi pemerintah ini menjadi sarana berkaca diri memperbaiki regulasi yang lebih pro pertumbuhan korporasi dan bertumbuhnya budaya investasi masyarakat sebagai pendukungnya. Bagi para pelaku bisnis menjadi introspeksi untuk memperbaiki proses korporatisasi perusahaan tempatnya berkarya. Bagi masyarakat luas menjadi sarana menilai diri agar mampu mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan di negeri ini dengan kontribusi sebagai investor. Yakin kita bisa. Merdeka!
Artikel ke-409 karya Iman Supriyono ini ditulis untuk Majalah Matan edisi Agustus 2023, terbit di Surabaya