Bed Bath and Beyond menjadi salah satu perusahaan yang bangkrut pada 2023
RIAUMAG.COM ——-Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve masih berencana untuk menaikkan suku bunga demi membendung inflasi. Kebijakan berpotensi membuat semakin banyak perusahaan mengalami gagal bayar dalam beberapa bulan mendatang.
Berdasarkan data Moody’s Investor Service, terdapat 41 perusahaan yang mengalami gagal bayar sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2022 dan merupakan yang paling banyak dibandingkan negara-negara lain di dunia.
Tingkat gagal bayar perusahaan yang naik berdasarkan data hingga Mei ini merupakanh tanda bahwa perusahaan AS bergulat dengan suku bunga yang lebih tinggi yang membuatnya lebih mahal untuk membiayai kembali utang serta prospek ekonomi yang tidak pasti.
Awal pekan ini, Gubernur The Fed Jerome Powell memperkirakan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini, meskipun pada tingkat yang lebih lambat. Kenaikan suku bunga akan terjadi hingga The Fed melihat kemajuan yang lebih besar dalam pengendalian infalsi.
Para bankir dan analis mengatakan suku bunga yang tinggi adalah biang kerok terbesar.
Perusahaan yang membutuhkan lebih banyak likuiditas atau yang sudah memiliki beban utang yang besar dan membutuhkan pembiayaan kembali dihadapkan pada biaya utang baru yang tinggi.
Perusahaan dihadapkan pada pilihan yang sulit dalam menangani masalah biaya tinggi utang.
Perusahaan dapat menukar utangnya dengan bentuk utang lain atau membeli kembali utang tersebut atau dalam keadaan yang sangat buruk, restrukturisasi dapat dilakukan di dalam atau di luar pengadilan.
“Modal sekarang jauh lebih mahal. Anda bisa mendapatkan pembiayaan utang sebesar 4% sampai 6% dalam rata-rata selama 15 tahun terakhir. Sekarang, biaya utang telah naik menjadi 9% hingga 13%,” kata Mohsin Meghji, mitra pendiri perusahaan restrukturisasi dan penasehat M3 Partners.
Meghji menambahkan bahwa perusahaannya sangat sibuk sejak kuartal keempat di banyak industri.
Beliau melihat banyak perusahaan dengan stabilitas keuangan yang sebenarnya cukup baik kini memiliki masalah pembiayaan kembali karena suku bunga yang tinggi.
Data S&P Global Market Intelligent menunjukkan, terdapat 324 pengajuan kebangkrutan hingga 22 Juni 2023. Angka initidak jauh dari total 374 sepanjang 2022. Envision Healthcare, penyedia layanan medis darurat, mengalami kegagalan terbesar pada Mei.
Menurut Moody’s, perusahaan ini memiliki utang lebih dari US$7 miliar ketika mengajukan kebangkrutan.
Menurut S&P Global Market Intelligence, perusahaan keamanan dan alarm rumah Monitronics International, lembaga keuangan regional Silicon Valley Bank, rantai ritel Bed Bath & Beyond dan pemilik jaringan olahraga regional Diamond Sports juga termasuk di antara pengajuan kebangkrutan terbesar sepanjang tahun ini.
Moody’s memperkirakan tingkat gagal bayar global naik menjadi 4,6% pada akhir tahun, lebih tinggi dari rata-rata jangka panjang sebesar 4,1%. Tingkat itu diproyeksikan akan naik menjadi 5% pada April 2024 sebelum mulai mereda.