RIAUMAG.COM —-Dunia medsos kini tengah dihebohkan dengan adaya kejadian sawer-menyawer ketika sang qori’ah melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Berdasarkan adat atau budaya yang beragam serta tersebar di berbagai daerah di Indonesia, kegiatan sawer-menyawer merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan sawer-menyawer biasanya dilakukan pada saat hajatan seperti acara pernikahan adat batak dan sawer-menyawer juga biasa dilakukan masyarakat kepada penyanyi atau biduan dalam suatu acara tertentu.
Namun, kegiatan sawer-menyawer yang dilakukan pada saat ini berbeda, sawer-menyawer dilakukan tatkala acara keagamaan berlangsung.
Dilansir dari channel youtube Yanto Photo yang mendokumentasikan pada saat acara Maulid Nabi Muhammad-shallahu ‘alaihi wa sallam-1444 H yang bertempat di Masjid Jamik Al Ikhlas KP.Eurih, Desa Cibingbin, Cibaliung, Kab. Pandeglang, Banten, Minggu 16 Oktober 2022.
Kegiatan tersebut berawal pada saat ustadzah Nadia Hawasy sedang melantunkan ayat suci, kemudian para tamu termasuk panitia penyelenggara melakukan aksi sawer-menyawer dengan cara meletakkan uang tersebut diatas meja dan di sekitar ustadzah, bahkan sampai menyematkan uang tersebut ke dalam jilbab yang dikenakan oleh qori’ah internasional asal Banten tersebut.
Rekaman yang beredar tersebut mendapat kecaman dari netizen. Netizen beranggapan bahwa tindakan sawer-menyawer terhadap qori’ah tidaklah pantas dan mengarah kepada pelecehan baik terhadap agama maupun terhadap diri si qori’ah.
”Prilaku setan dibudayakan, padahal mendengar orang baca Qur’an saja dapat pahala, ini bukannya khusuk didengar tapi malah mengganggu konsentrasi pembaca dan cengengesan persis kek setan yang lagi senang karena mengganggu manusia lagi beribadah, naudzubillah” cuit akun @dorraemon_ pada komentar video tersebut di Twitter.
Tidak hanya menuai kecaman dari banyak netizen, rekaman tersebut juga mendapatkan pembelaan dari beberapa netizen lainnya seperti oleh akun @bang_denz04 yang menganggap bahwa hal tersebut bukanlah suatu pelecehan justru merupakan suatu kebanggaan “di kampung-kampung juga banyak apalagi pas acara istifalan mau penutupan pengajian masuk bulan puasa, anak-anak tampil menyampaikan pelajaran atau hafalannya. Tapi saya rasa ini bukan pelecehan mas tapi kebanggaan. Maaf kalau salah”
Rekaman viral tersebut mendapatkan respons dari Wakil Ketua Umum MUI, Dr. Anwar Abbas. Beliau berkomentar aksi pria dalam video viral tersebut sangat tidaklah pantas. Anwar Abbas melihat sikap dari kedua pria yang sawer uang ke ustadzah yang sedang baca Alquran, itu merupakan perilaku sombong dan bertentangan dengan ajaran agama Islam. Anwar Abbas juga menyoroti penyawer yang menyelipkan uang ke kerudung Ustadzah Hawasyi. Abbas menilai perilaku tersebut sangatlah tidak pantas untuk dilakukan lantaran sang ustadzah bukanlah mahramnya.
‘’ Pada saat disawer saya memang marah dan kesal sekali, karena posisinya saya sedang mengaji, tidak mungkin saya marah-marah,karena itu adalah salah satu adab dalam membaca al qur’an . Makanya saya cuma cabut uangnya dari kerudung saya. Jadi sebenarnya pihak panitia yang salah.’’ Tulis ustadzah Nadia Hawasy saat klarifikasi di kolom komentar akun Instagram @hilmi28.
Marah merupakan salah satu bentuk emosi. Menurut ilmu Psikologi marah itu adalah perilaku. Jadi, semua yang berkaitan dengan perilaku bisa dilihat latar belakangnya.
Perilaku marah oleh diri seseorang dilatarbelakangi aspek personal dan lingkungan. Pada aspek personal, marah dipengaruhi sistem psikofisiologis. Mulai dari tingkat ketahanan fisik hingga kemampuan berpikir, mengelola emosi, serta kemampuan individu dalam membaca nilai-nilai yang ada di sekitar.
Meski demikian, marah juga dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengendalikan dirinya. Karena itu, tidak semua orang akan langsung marah saat menemui kondisi serupa.
Selama aspek rasionalnya masih ada, kemampuan orang dalam mengendalikan emosinya akan lebih baik. Seseorang perlu membiasakan diri untuk mampu mengungkapan emosi dengan cara yang pantas. Namun, hal ini tidak bisa secara instan. Butuh proses yang panjang dan komitmen tinggi untuk bisa mengelola emosi dengan baik.
Penulis: Muhammad Nur Rizki, Raja Tegar Mu’tashim Billah, Mhd. Wafiq Ramadhan, Aricha Putriani, Dwi Juliyanti, Dinda Amira Asyiqin ( Mahasiswa Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah Riau). Dibawah bimbingan dosen Teknik Penulisan Karya Ilmiah Nur Fitriyana, M.Psi, Psikolog
(riaumag.com)