Oleh : Trisno Bali
Riaumag.com , Denpasar
Sekarang ini kita tidak bisa melakukan MARKET RECOVERY, pandemi ini telah meluluh lantakan market segment dan market structure world tourism, khususnya untuk short and middle houl market.
Diakui atau tidak sebelum pandemi hampir semua negara melakukan penetrasi segment Middle Below market dengan kekuatan daya beli rata2 USD 500 and below untuk short and middle houl Destinastion.
Efect pandemi di sektor ekonomi menumbuhkan minus income alias economy crisis besar-besaran di seluruh dunia, yang merontokkan segment market middle below ini, jadi seperti tidak bisa lagi melakukan recovery market, karena marketnya yang mau direcovery sudah tidak ada, middle below yang banyak terimbas langsung oleh pandemi sudah tidak punya uang lagi untuk traveling.
Kita sebagai pelaku pariwisata mesti ceker-ceker lagi dari awal membangun market … going market reconstruction and Redevelopment
Jadi masih mau menunggu?
Dari komunikasi saya dengan teman-teman agent di Malaysia dan Singapore, agen-agen di segment middle below size sudah pada bertumbangan, banyak yang tutup… 🤦🤦
Ada kendala internal dalam hal regulasi kesehatan, yang merupakan ranah kesehatan, dimana Pemerintah cq. Kementrian Kesehatan dan COVID-19 Task force lebih paham, kita memang tidak bisa complain dan intervensi, kita gak sepenuhnya paham tentang kesehatan, tetapi setidaknya sekedar memberikan saran mungkin tidak ada salahnya. misalnya masa tinggal dalam quarantine policy (Sekarang sudah 3x24Jam) dan biaya PCR test. Setidaknya bisa mereview Quarantine Stay Package untuk tidak menjadi too costly buat wisatawan yang mau berkunjung ke Indonesia.
Mempertimbangkan reciprocal VTL implementation mungkin akan sangat membantu pergerakan Pariwisata kita (saat ini Malaysia-Indonesia sudah menyepakati pemberlakuan VTL dari/ke kedua negara hanya saja sampai saat ini belum terealisasi kesepakatan effective datenya. Singapore secara unilateral telah memberlakukan VTL implementation untuk warga negara Indonesia yg masuk ke Singapore – quarantine free, cuman kesepakatan secara bilateral belum terlihat dilakukan oleh Indonesia, dan Singapore akan lebih banyak mendapatkan keuntungan ekonominya dari kebijakan mereka, sementara orang Singapore masih harus melakukan karantina bila mau masuk Indonesia).
Bali secara de jure, based on unilateral agreement welcome to 19 countries citizen, tapi secara bilateral belum ada satu negarapun yg sudah menyepakati, akhirnya tak satupun Penerbangan International yg bisa mendarat di Bali 🤦
Apakah ada factor “trust” yg masih menjadi ganjalan dari 19 negara itu untuk menyepakati pembukaan border melalui Travel Corridor dan Travel/Air Bubble agreement dengan Indonesia ? Sehingga semuanya jadi terkesan hiburan seaaat bagi Masyarakat Pariwisata di Bali dan pastinya teman-teman industri diluar Bali. Karena Bali, bila bener-bener dibuka, seharusnya bisa menjadi pintu masuk wisman ke Destinasi lainnya (domino effect)
Temen-teman yang aktif di ASITA, yuk bergerak dengan membentuk Tourism Rebuilding Task Force .. mesti jemput bola dan berpikir comprehensive dan strategies untuk bisa mulai melakukan market redevelopment and reconstruction.
Kita berhadapan dalam though competition dengan negara-negara lain untuk memperebutkan pasar yang jumlahnya sudah semakin berkurang, setidaknya 50-60% market yang dulu meramaikan Pariwisata dunia sudah tidak mampu lagi traveling sampai 2 tahun mendatang, jadi perebutan pasar kedepan akan sangat menentukan repositioning kita di market sampai kembali leading di beberapa negara dunia
#SharingOpinion