Riaumag.com , Pekanbaru
Spiritual Foundation (pondasi spiritualitas) merupakan Core Ideology (Ideologi Utama) yang mendefinisikan alasan keberadaan seseorang atau suatu organisasi. Core Ideology sebuah perusahaan menggambarkan apa yang mereka perjuangkan dan mengapa mereka ada. Core Ideology juga bisa diartikan dengan Corporate Philosophy (Falsafah Perusahaan) yang merupakan prinsip yang dipegang oleh perusahaan didalam menjalankan roda bisnis yang kemudian dijadikan acuan untuk membangun perusahaanya.
Falsafah perusahaan mendefinisikan karakter inti dari organisasi dan merupakan sebuah identitas yang konsisten yang melampaui produk atau kehidupan siklus pasar, terobosan teknologi, mode manajemen, dan pemimpin individual. Bahkan, kontribusi paling kuat dan signifikan dari mereka yang membangun perusahaan visioner adalah ideologi utama.
Falsafah Perusahaan harus dipertahankan agar perusahaan tetap berjalan sesuai dengan arah yang telah ditentukan dan semakin berkembang. Contoh Falsafah Perusahaan Indonesia yang kuat dicontohkan oleh PT Astra Internasional Tbk, yaitu Catur Dharma.
Falsafah Perusahaan Astra International telah ditetapkan pada 20 Desember 1982 saat Astra telah beroperasi selama 25 tahun, terdiri dari 4 butir falsafah sebagai berikut:
- Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara (To be an asset of the nation);
- Pelayanan yang terbaik bagi pelanggan (Best Service to Customers);
- Saling menghargai dan membina kerjasama (Respect for the individual and development of team work);
- Berusaha mencapai yang terbaik (Strive for excellence).
Owner dan insan perusahaan Astra International mengakui bahwa kemajuan yang telah dicapai Astra International selama ini adalah anugerh Tuhan yang patut disyukuri. Dan, untuk memelihara kemajuan Astra International, maka setiap individu dalam Astra International perlu menyandarkan segala usahanya pada pimpinan dan berkat Tuhan. Oleh karena itu, norma dan budaya perilaku manajemen dan insan perusahaan Astra didasarkan kepada Falsafah Perusahaan yang telah ditetapkan serta harus dihayati dan menjadi sumber pemikiran maupun penilaian bagi kegiatan seluruh jararan manajemen dan insan perusahaan Astra International.
Setiap langka insan perusahaan Astra International, sesuai dengan falsafah perusahaan, senantiasa disertai harapan “kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih merestui usaha kita untuk menjadi berkat bagi sesame kita’. Dengan demikian, dapat kita lihat, bahwa betapa kuatnya dorongan spritualitas dalam upaya memajukan perusahaan yang dituangkan dalam Falsafah Perusahaan sebagai dasar nilai-nilai (Shared Values) untuk membangun dan memperkuat budaya perusahaan (Corporate Culture). Oleh karena memiliki budaya perusahaan yang kuat, Astra International mampu bertahan dalam segala kondisi dan senantiasa berhasil melewati setiap masa-masa kritis yang terjadi dalam berbagai kurun waktu.
Istilah “Spiritualitas” tidak memiliki definisi yang pasti, meskipun para ilmuwan sosial telah menetapkan spiritualitas sebagai pencarian untuk yang dikaitkan dengan “kudus” di mana suatu yang “suci” secara luas didefinisikan sebagai sesuatu yang diatur terpisah dari umumnya dan pantas dihormati.
Dalam kenyataannya, spiritualitas dapat dicari tidak hanya melalui agama-agama tradisional, tetapi juga melalui gerakan-gerakan seperti liberalisme, teologi feminis, dan politik hijau. Spiritualitas juga sekarang dikaitkan dengan kesehatan mental, mengelola penyalahgunaan zat, fungsi perkawinan, pengasuhan, dan lifeskill. Hal-hal tersebut telah mengemukakan bahwa spiritualitas juga mengarahkan untuk menemukan tujuan dan makna hidup.
Tiga kata kunci spiritualitas adalah: meaning in life, sense of community, transcendence.
Meaning in life berarti sebagai insan yang berketuhanan, seseorang sesuai dengan keyakinan imannya masing-masing mempercayai bahwa mereka diutus ke muka bumi ini sebagai makhluk hidup yang berguna bagi semesta alam, dan memimpin kehidupan makhluk-makhluk lain di muka bumi. Seseorang tentu akan meyakini hal itu sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan yang diyakininya serta tertera dalam kitab suci masing-masing.
Sense of community adalah persepsi kebersamaan, saling ketergantungan untuk diakui dengan orang lain, kemauan untuk menjaga saling ketergantungan dengan memberikan atau melakukan sesuatu untuk orang lain apa yang diharapkan oleh mereka, dan perasaan menjadi bagian dari struktur besar yang dapat diandalkan dan stabil.
Transcendence merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, yang dapat ditemukan di alam semesta. Contohnya, pemikiran yang mempelajari sifat Tuhan Sang Maha Pencipta yang dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia. Manusia hanya dapat memahami ciptaanNya yang tampak berupa alam semesta.
Unsur-unsur spiritualitas dalam bekerja dan di tempat kerja akan mempengaruhi suasana spiritual dalam sebuah organisasi dan akan berdampak meningkatkan kinerja organisasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya (Pandey and Gupta, 2008). Spiritualitas di tempat bekerja dapat mendorong tingkat pencapaian keuntungan yang tinggi dan kesuksesan perusahaan (Mitroff and Denton 1999; Turner, 1999). Perusahaan yang memperhatikan spiritualitas memiliki kinerja yang jauh melampaui kompetitor hingga 400-500 persen dalam hal net earnings, ROI, dan nilai pemegang saham (Thomson, 2000). Kekuatan spiritualitas dalam bekerja akan mengembangkan kemampuan problem solving (Burack, 1999).
Spiritualitas dalam bekerja akan meningkatkan tingkat kejujuran dan trust yang tinggi, mendorong efisiensi proses bisnis, dan meningkatkan kinerja organisasi (Wagner-Marsh & Conely, 1999; Krishna Kumar, 2002). Spiritualitas akan meningkatkan komitmen insan perusahaan dan mengembangkan iklim komitmen dan saling percaya di tempat kerja (Burack, 1999). Spiritualitas di tempat bekerja akan menciptakan kultur dimana insan perusahaan merasa senang dan berkinerja lebih baik (Neal et al, 2001 The Leadership Quarterly) dan mengintegrasikan pedoman-pedoman, rasa kebersamaan, dan totalitas kerja” (Pandey et al, 2008-JOBE).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki pondasi spritualitas akan mempunyai Budaya Perusahaan yang kuat, sehingga pimpinan dan semua insan perusahaan mampu bersama-sama menghadapi masa-masa krisis seperti kondis pandemi Covid-19 saat ini dan biasanya mampu bertahan hingga krisis berakhir.
Penulis,
Merza Gamal
Author of Change Management & Cultural Transformation
Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah