Oleh AM.Nasrulloh
Raksasa yang Terpenjara
Melepaskan diri dari ketergantungan dan penguasaan berbagai kenyataan adalah kemuliaan yang tidak akan berhenti hingga lahir kebebasan. Karena sejatinya manusia hidup dengan fisik yang bebas, pikiran yang leluasa, dan jiwa yang merdeka (termasuk saat mendapatkan pendidikan).
Pendidikan salah satu prosesnya adalah membebaskan pikiran untuk menerima, mencerna, dan berekspresi dengannya. Sehingga selain mendapatkan asupan pengetahuan, didapatkan pula penguatan terhadap akal pikiran.
Dampaknya, akal bisa diajak berpikir mencari solusi terhadap tantangan yang lebih berat. Namun kini kemudahan demi kemudahan melahirkan penjajahan baru terhadap kebebasan penggunaan pikiran dan nalar.
Aplikasi digital terutama kecerdasan buatan begitu dominan dalam men-drive pikiran dan buah gagasan yang diberikan. Sepertinya pikiran manusia kini semakin “dimanja” dengan berjuta kemudahan yang didapatkan.
Tinggal klik, tinggal ketik, maka jadilah karya dan narasi pengetahuan.
Dan hasilnya, pikiran menjadi malas untuk memeras kekuatannya dalam melahirkan karya besar peradaban. Penjajahan ini berhasil melemahkan akal, melemahkan karakter berjuang, hingga menurunnya daya tahan saat menghadapi tantangan.
Membebaskan dari Penjajahan Kemudahan Saatnya kembali membebaskan pikiran untuk lebih berdaya:1. Jaga produktifitas.
Pikiran harus segera dibebaskan untuk berdaya dan berupaya. Tidak harus dengan menghilangkan kemudahan, namun bisa dilakukan dengan mengkonversi energi yang telah dipermudah kepada karya baru yang bisa dilakukan.
Jika brainstorming ide sudah terbantu kecerdasan buatan, maka pikiran bisa diajak berpetualang untuk memikirkan topik baru dan pemahaman yang lebih beragam.2. Bebaskan berinovasi dan bertumbuh.
Pendidikan bertugas bukan hanya memberi masukan namun bisa mengajak pikiran untuk terus bisa menemukan jalan. Inovasi akan menjadi salah satu buah dari pikiran yang merdeka. Karena pikiran terus bebas mencari hal baru yang lebih baik untuk kemajuan umat manusia.
Growth mindset adalah salah satu ciri pikiran yang merdeka, karena bisa diberi keluangan untuk bertumbuh tanpa terbatas kenyataan. 3. Kemudahan adalah perjalanan. Satu kemudahan bukan akhir dari kemerdekaan pikiran.
Namun, menjadi awal dari perjuangan lain untuk menumbuhkan produktifitas yang lebih bernas. Semua bukanlah ujung, namun itulan perjalanan dari satu kemudahan kepada kemudahan lainnya.*Epilog*Saatnya pendidikan kembali membebaskan pikiran dari ketergantungan dan pelemahan kenyataan.
Kemudahan harus disambut sebagai anugrah kemajuan, namun tidak boleh menjadi senjata untuk melemahkan pikiran yang sedang berjuang. Inilah sejatinya perjuangan proses pendidikan.“Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024”