Riaumag.com , Bandung
Kondisi memang tak baik-baik saja.
Semua kita merasakan. Iya semua kita. Mungkin ada yang pura-pura tidak merasakan, bisa jadi untuk menjaga optimisme, atau hanya sekedar menutup kenyataan.
Memang hadir beragam respon, intinya merujuk 3 pihak yang mengutuk kegelapan, yang cuek atau yang menyalakan lilin penerangan. Entah kita dimana…
**
1 ▫️ Ada sebagian yang menganggap paling benar, tiap hari sibuk menyalahkan dan menuduh berbagai pihak, menjadi investigator, hanya mencari informasi yang sepaham, bahkan kadang membagikan informasi yang belum jelas sumbernya (asal sesuai dengan yang dia maksudkan).
Gejalanya : pihak ini begitu militan, merasa paling berani, bahkan seolah siap mati demi membela keyakinan pemahamannya. Dan bisik-bisik mereka begitu keras melebihi teriakan para ahli segala ahli.
Akibatnya : Kadang kurang peduli, miskin empati dan seringkali hanya membela ego pribadi. Helloow…
Ketika banyak yang sudah jadi korban, tetap saja tak mempercayai kenyataan. “Ga ada musibah ini kawan, biasa aja, ga bahaya, ngapain takut?” atau “ini adalah konspirasi, bro!” atau “Pokoknya saya ga setuju, titik!” Begitu biasanya mereka selalu menyampaikan.
2 ▫️Ada sebagian lain, cenderung pasrah, merasa lemah, masa bodoh dengan fenomena, tak tahu arah, penikmat berita, tak jelas.
Gejalanya : mengalir bagai air mengalir, penunggu takdir yang diam, namun bisa juga jadi arus besar yang menghanyutkan.
Akibatnya : tak berusaha, hanya menunggu limpahan karunia dan uluran tangan. Bisa jadi sumber kepanikan saat terpengaruh isu tak berimbang.
3▫️Ada sebagian lain : Berusaha walau tahu sulit, bersabar walau rejeki sedang tak besar, menerima kenyataan sebagai musibah, serta menerima semua informasi untuk diperiksa dan dijadikan sebagai referensi untuk bersikap. Daripada ribut saling menyalahkan biasanya mereka lebih memilih untuk melakukan yang bisa dikerjakan. Lebih memilih saling memudahkan daripada saling menyalahkan.
Gejalanya: Kadang dia tidak disukai oleh golongan yang pertama diatas, cape kayaknya milih bersikap begini karena tiap saat berbuat untuk memberi manfaat, dan kadang dia jadi “korban fitnah” pada kesulitan yang berusaha dia selesaikan.
Akibatnya: Sepertinya akan membawa jalan terang layaknya lampu yang menerangi kegelapan. Bahkan, bisa jadi teman curhat yang baik untuk semua golongan diatas.
**
Entah kita yang mana.
Namun, hal terpenting adalah sikap kita menolong atau tidak? Prinsip dasar: Jika belum bisa memberi manfaat setidaknya tidak memberi madharat.
Namun yang terbaik : “Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin penerangan”, atau daripada saling menyalahkan lebih baik saling memudahkan.
Saling bantu, empati dan lebih peduli. Menyapa, mendoakan, sebelum kita kehilangan…
Ya…
Usia kita sedang menunggu giliran, entah kapan. Namun PASTIKAN akhir semuanya berada dalam kebaikan dan kemanfaatan.
Semoga, Aamiin.
Menuju Idul Adha 1442H
–@am.nasrulloh–
(for-riaumag.com)