oleh DR Saidul Amin
RIAUMAG.COM , AUSTRALIA——-Sungai Yarra sepanjang 240 km mengalir membelah kota Melbourne, Australia. Berhulu di sepanjang rawa-rawa Plato Baw-Baw di taman hutan yang masih perawan dan bermuara di Port Philip, sebuah pelabuhan sibuk di kota ini. Suku asli wurundjeri yang tinggal di sepanjang lembah Yarra menyebut sungai ini dengan kata “birrarung” berarti “river of mists”, sebab daerah tertentu di sungai ini selalu ditutupi oleh kabut menjelang malam.
Sungai yang sangat asri, bahkan menjadi sumber air bersih untuk kota Melbourne ini mengingatkan saya dengan kondisi dua sungai di Pekanbaru : Siak dan Kampar, yang berbanding terbalik karena sudah tercemar. Konon kabarnya dulu kedua sungai itu juga sangat jernih dan menjadi sumber kehidupan. Lalu industri merubah segalanya dan kesadaran masyarakat untuk bersahabat dengan alam melengkapi semua bencana.
SUNGAI ADALAH KITA. Kondisi sungai di satu tempat seringkali melambangkan suasana batin penduduknya. Jika dia masih terawat rapi, maka ini gambaran akan kesucian jiwa penduduknya. Tapi kalau dia sudah tercemar, maknanya ada “something wrong” di jiwa masyarakatnya. Namun sesungguhnya alam akan memberikan yang terbaik, jika kita perlakukan secara baik. Tapi alam punya cara sendiri untuk membalas ketika sukmanya Tersakiti.
Saat berada di tepian sungai Yarra, hatiku berbisik, kapan sungai di Negeriku bisa seperti ini. Ku harap, Mungkin suatu hari nanti, atau justeru tidak akan pernah kembali lagi. Betapa indahnya kalau sungai-sungai itu berhulu di hati dan bermuara di jiwa. Lalu mengalir di setiap pembulu darah kehidupan. Sungai adalah kita.
(RIAUMAG.COM)