Oleh: Dian Oka Putra
(Mahasiswa Doktoral Univ Ibn Khaldun-Bogor)
Dalam surat Ali-Imran ayat 109 Allah menegaskan bahwa kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan, bahkan tidak satu kali saja Allah menyebut bahwa segala sesuatu sesuatu diatas muka bumi ini adalah milik-Nya, ada dalam surat Al-Baqarah 284, Ali-imran 129,180 dan 189, jika dihitung ada sekitar 53 ayat yang menegaskan kepemilikan-Nya di alam semesta
Maka tidak ada yang boleh jumawa dalam mendominasi segala sesuatu diatas muka bumi ini,karena segala urusan pastilah dikembalikan kepada pemilik alam semesta, apalagi jika ada yang mengakui bahwa negara kita Indonesia ini milik satu kelompok tertentu tentu ini akan menjadi hal yaang bisa dikatakan ujub dan sombong karena disebabkan kekuasaan dunia yang telah masuk kehatinya, apalagi kesombongan mereka tidak lain hanya untuk sebuah negara Indonesia ini
Dalam perjalanan waktu banyak yang berkorban untuk negeri ini dalam merebut kemerdekaannya, peran pejuang kemerdekaan dari semua kelompok berkumpul menjadi satu mengesampingkan perbedaan hingga akhirnya kemrdekaan dapat diraih dengan penuh pengorbanan darah dan air mata, dan kemerdekaan terebut adalah hadiah terindah dari pemilik alam semesta Allah Azza Wa Jalla
Maka rasa syukur tersebut tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-3 yang berbunyi “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Dan kita tersadar bahwa Allah yang menguatkan kemerdekaan ini melalui pejuang-pejuang kemerdekaan
Lantas apa yang harus kita sambongkan atas itu semua, tentu itu semua kembali kepada diri pribadi masing-masing ketika kesombongan terlihat dari ucapannya maka hal tersebut sudah jelas terlihat kualitas dirinya bahkan seorang pejabat sekalipun. Hadiah kemerdekaan ini diberikan Allah untuk kita agar kita memperbanyak rasa syukur atas limpahan rahmat kemerdekaan negeri ini dengan menjaga keharmonisan dan kedamaian negeri ini
Lantas hari ini ada yang mengaku bahwa mereka pemilik negeri ini, tanpa berfikir sebelum mengeluarkan statemen tersebut, semua heboh dan berpolemik bahwa pernyataan pejabat tersebut ditafsirkan banyak pihak dengan sebuah pernyataan yang benar, padahal sudah jelas nyatanya bahwa pernyataan tersebut tidak perlu ditafsirkan lagi karena sudah merupakan makna tersirat dan tersurat kegagalan seorang pejabat dalam memahami arti penting persatuan
Bahkan Haedar Natsir yang merupakan ketua umum PP Muhammadiyah ikut berkomentar dengan mengeluarkan sindiran keras dengan ungkapan “Inilah ironi keindonesiaan. Suatu ironi bernegara yang sejatinya berlawanan arus dengan gempita Aku Pancasila, Aku Indonesia, Aku Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI harga mati. Ironi sebagai bukti, Indonesia ternyata belum menjadi milik semua !”.
Allah pemilik negeri ini, maka Allah bisa saja mengambil negeri ini kapan saja dengan kehendak mutlak dari-Nya, jangan sampai kemurkaan Allah hadir dinegeri ini karena sikap dan arogansi kita dalam menikmati titipan-Nya, negeri yang kaya ini Allah jamin rezeki kita masing-masing asal kita pandai bersyukur tentu akan Allah tambah nikmat ini, namun apa daya jika sebuah barang yang bukan hak kita lantas kita mengklaim bahwa itu milik kita dengan arogan, dan yakinlah azab Allah sangat pedih, dan Allah tempat kita kembali
Menyikapi hal ini kita kembalikan kepada Allah pemilik alam semesta ini, kemerdekaan, kemakmuran, rezeki, keberkahan, Allah yang berikan, maka sudah selayaknya kita tersungkur sujud kepada Allah atas semua yang telah kita perbuat, sudah cukup bala bencana yang hadir silih berganti di negeri ini mengajarkan kita bahwa ada hak Allah yang belum kita penuhi dan taati, merasa risih dengan kumandang adzan, mengagungkan penentang syariat Allah, pendukung ahli maksiat. Sudah banyak dosa yang kita perbuat, maka sudah saatnya ada pertaubatan secara nasional yang harus kita lakukan agar negeri ini tidak dirundung bala dan bencana yang berketerusan, hingga waktunya tiba Allah ambil milik-Nya, kita berada di antara orang-orang yang merasa dititipi, bukan merasa memiliki, dan tidak merasa sakit ketika waktu itu tiba karena kita sadar bahwa semua milik-Nya dan harus kembali kepada-Nya